1. Pertemuan Pertama

45 8 0
                                    

        Gemuruh hujan membasahi setiap titik dimuka bumi, ranting membisu, daun berguguran, kendaraan saling menyalip satu sama lain, di halte itulah pria paruh baya menunggu mini bus yang menuju kesekolahnya, lelaki dengan tubuh jangkung tegap, alis tebal, hidung mancung, kulit putih, senyum manis, rambut hitam tertata rapi, matanya tajam menatap setiap orang disekitarnya.

      Tempat yang berbeda dari sisi yang sama, perempuan muda dengan kacamatanya, senyum yang mengambarkan kepribadiannya, rambut hitam panjang sebahu, dengan seragam SMA yang nampak awut-awutan, berjalan menuju koridor sekolah menatap setiap ruang yang masih kosong karena hujan yang masih lebat.

      Beberapa jam berlalu pria muda menenteng tasnya memasuki kelas dengan diamnya, keheningan selalu menyertainya setiap saat setiap detik bahkan hari-harinya.

     Semua menatap dengan teguran dan sapaan namun tak ada respon sedikit pun dari lelaki itu, sampai pada akhirnya bel berbunyi hari ini upacara bendera ditiadakan karena hujan semakin menjadi, angin bergemuruh, petir menyambar sekian detik, tak ada yang mempertanyakan hal itu pada siapapun bahkan dengan pria di kelas 12 jurusan sastra.

Di lain kelas.

     "Brina Anjaswati, siapkan buku PR teman-teman kumpulkan dimeja ibu, setelah itu kita mulai pelajaran pagi ini" hening bu Veby menyampaikan didalam kelas.

      Brina nama wanita dengan rambut sebahu sebagai wakil ketua kelas di kelas 11 jurusan sastra langsung maju, menarik setiap buku teman-temannya dimeja selesai menarik semua buku, Brina menaruh nya diatas meja guru dan kembali ke mejanya.

      "Anak-anak besok di bulan terakhir ini, kalian akan ada pertunjukan teater, dimana kalian akan digabungkan dengan kakak-kakak kelas kalian, pengumuman selanjutnya akan diberitahu waktu pelaksanaan latihannya, semoga kalian mau berpartisipasi ya?!" bu Veby sesekali menoleh ke arah semua siswa.

     "Iya bu..." jawab serempak seantero kelas bahkan Brina pun ikut antusias.

     Dikelas 12 jurusan sastra pun masih gaduh semua ngobrol dengan teman sebangkunya, ada yang bernyanyi, ada yang curhat sampai nangis-nangis, ada juga yang lagi bepacaran, lain hal nya dengan Denis Pramuditya ia masih asik dengan buku-buku novelnya, tak mengiraukan sisi kanan dan kirinya sampai pada akhirnya telinga Denis mendengar dentuman perlahan sepatu berjalan menuju ke kelasnya, seketika itu kelas hening hanya ada suara rintik hujan diluar kelas.

         "Selamat pagi, maaf bapak terlambat" seorang guru berusia sekitar 30 an tahun membawa selembaran kertas kosong.

      "Oh ya semuanya, bapak minta perhatiannya ini bapak ada kertas kosong, kalian bapak kasih tugas untuk membuat sekenario teater, dan kalian bisa mengumpulkannya dijam istirahat, paham?!" jelas pak Budi.

     "Jelas pak" jawab serentak siswa siswi.

     Jam pelajaran berlangsung tenang dan hening, sampai pada akhirnya bel istirahat berbunyi nyaring, semua penghuni sekolah berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.

     "Rin, loe mau kemana?" salah satu teman Brina menghentikan langkah kaki Brina menuju keluar kelas.

      "Kekantin, kenapa?" Brina menatap sahabatnya itu.

      "Kantin?, ngak ngajak-ngajak sih, gue ikut?!" ia berdiri dari duduknya.

     Salsa Choirunisa namanya. Salsa adalah sahabat Brina sejak ia kelas 10 entah apa yang menarik hatinya untuk berkawan dengan Brina tapi Salsa sudah menemukan kebaikan dihati Brina sahabat nya itu dari Salsa memasuki sekolah ini.

      "Loe mau ikut teater itu Na?" Salsa menoleh kearah Brina sambil terus berjalan mengikuti langkah Brina.

     "Iya ikut loe juga ikutan kan?" Brina merangkul bahu Salsa, melepaskannya setelah mereka berdua sampai di kantin.

Ada cinta dihati DenisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang