26. Tegar

2 1 0
                                    

     Hujan kali ini membuat Brina semakin mengigil, badannya dingin dan wajahnya pucat pasi, Denis yang menemani bersama mamahnya Brina mengelus tangan dan kaki Brina yang berwarna putih karena dingin, tak segan Denis memberikan teh hangat dengan tangannya.

     "Di-dingin" dengan gemetar Brina mencoba mengutarakan keadaannya.

      "Iya Rin, gue tahu perasaan loe kalau dingin gue liat wajah loe tangan semuanya"

      "Tante, apa boleh saya panggil Salsa kesini?" menoleh kearah mamah Brina.

       "Boleh"

Setelah disetujui, Denis langsung menelfon Salsa tak lupa mengabari Berlin yang berada dirumah.

       "Makasih tan"

Denis kembali ke tempat tidur Brina, melihat Brina berbaring tak berdaya membuat hati Denis miris.

      "Kamu yang tegar ya semua akan baik-baik saja" Denis mengusap kening Brina.

       Denis tahu hari ini hujan sangat lebat, tapi karena mendesak Denis terpaksa membuat Salsa dan Berlin datang ke rumah Brina, untuk membatu menghangatkan tubuhnya dengan cara mengusap bagian tubuhnya, seperti tangan, kaki, dan kening juga bagian tengkuk belakang kepala.

         Tok-tok-tok

    "Saya buka dulu ya tan"

Denis beranjak dari duduknya.

     "Salsa, sorry gue minta loe kesini"

      "Ada apa sama Brina?"

"Loe masuk aja liat keadaan sahabat loe"

       Denis dan Salsa berjalan beriringan menuju kamar Brina.

      "Brina, loe kenapa?"
Salsa cemas melihat wajah Brina yang brgitu pucat.

      "G-gue di-dingin"

"Ya ampun, Rin loe yang sabar ya gue coba bantu loe"

     Setelah bersalaman dengan mamah Brina, Salsa langsung duduk disamping Brina.

       "Gue sedih liat loe, kenapa ini terjadi sama loe Rin, hiks...hiks..."

     "U-udah, ja-jangan sedih...gue ngak apa-apa" Dengan gemetar Brina menjawab Salsa.

        Tak lama setelah Salsa datang Berlin datang bersama mamah Reni, mamah nya Denis.

      "Brina?"

Brina hanya mengangguk pelan tak berdaya menjawab.

      Setelah semua berkumpul mereka bersama-sama menghangatkan Brina.

       Dua jam lebih mereka menghangatkan Brina akhirnya tubuhnya sedikit kembali hangat dan tidak begitu mengigil.

       "Semuanya, tante berterima kasih sama kalian yang menyempatkan waktu buat kesini, tante sedih liat Brina yang begini...hiks...hiks..."

      "Tan, tante jangan sedih kita semua akan selalu menjaga Brina dan mencoba selalu ada untuknya" jawab Denis.

       "Terimakasih semuanya"

Brina yang mendengar mereka bercakap-cakap dengan mata tertutup, Brina menetesakan air mata kesedihan.

      "Kenapa ini terjadi sama gue?!" batin Brina.

      "Jangan bicara disini, kasian Brina dia mendengar kita" Berlin mengusap air mata yang menetes dipipi Brina.

      Jam menunjukkan pukul 22:35, Salsa meminta ijin untuk menginap di rumah Brina sedangkan mamah Reni, Denis dan Berlin meminta ijin untuk pulang karena besok akan kembali sekolah.

Ada cinta dihati DenisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang