28. Tetap bersama ku

2 1 0
                                    

      Hari ini dokter menyatakan bahwa Brina bisa dioperasi, Denis yang mendengarnya pun ikut senang dan mengambarkan senyum dibibirnya.

     "Bang, loe seneng kan Brina mau dioperasi?"

      "Iya, gue berharap operasinya berhasil" Denis menatap sepupunya penuh harap.

      "Tan, dimana dokter nya?" tanya Haris yang kebetulan juga berada ditempat.

      "Masih menyiapkan semuanya"

      "Denis?" Brina memanggil dengan rintih.

      "Iya, ada apa Rin?"

Denis mengenggam tangan Brina.

      "Gue harap loe tetap bersama gue saat ini, jangan pergi sebelum gue sadar"

     "Brina, loe jangan ngomong gitu gue bakal disini terus nemenin loe"

       "Iya Rin loe jangan khawatir gue yang akan jaga Denis buat loe"  Berlin menyunggingkan senyumnya.

      "Thank"

     Jam berlalu begitu cepat kini pukul 12 siang Brina akan di bawa keruang operasi, ada rasa khawatir dan takut dihatinya, begitu juga teman dan mamahnya.

       "Pah mamah harap kamu bisa datang sekarang" batin mamah Brina.

     Sebelumnya sang mamah sudah mengabari bahwa Brina akan melakukan operasi kankee yang dideritanya.

       "Tante kenapa?"

"Tante hanya mencemaskan Brina"

       "Tapi ngak ada beban lain kan? Apa ada yang menganggu pikiran tante?" Berlin mencoba bertanya untuk menenagkan hati mamah Brina.

      "Tante juga khawatir kalau papahnya ngak bisa kesini"

      "Tante"

"Berlin biar gue yang ngomong" bisik Denis karena dia tahu persis apa yang dialami keluarga kekasihnya itu.

       "Tan, boleh ngak Denis yang bilang ke papahnya Brina?" Denis meyakinkan mamah Brina.

      "Boleh, tapi tante ngak yakin"

"Tante tenang aja ya, duduk sama Berlin disana"

      Denis mencoba mrnghubungi papah dari suami mamah Brina.

     Denis mengatakan apa yang harusnya menjadi tanggung jawab seorang papah untuk anak dan istrinya, setelah itu Denis mematikan kembali ponsel miliknya.

       Denis melihat dari luar ruangan, Brina tak bisa terlihat walaupun kaca nya masih transparan, hatinya saat ini seperti tak berdaya menantikan kabar yang akan diberikan oleh dokter.

     Satu jam berlalu, dua jam berlalu dokter yang menangani Brina dengan senyum asamnya, seperti ada beban yang mengganjal dihatinya.

      Denis yang melihat mamah Brina berbincang merasa cemas dn ingin tahu persis gimana keadaan Brina.
     
      "Maaf, bu sepertinya Brina kehilangan banyak darah, saya takut keadaannya melemah, jadi saya akan pindahkan ruang untuk menangani lebih lanjut"

     Mendengar perkataan dokter mamah Brina menangis, sedangkan Denis yang mendengar lamat-lamat kaget.

     "Bang mau kemana?" Berlin melihat Denis lari keluar rumah sakit.

     "Bang Denis pasti syok" batin Berlin.

      Denis berlari ke rooftop rumah sakit, ia berpikir apa Brina akan baik-baik saja atau tidak.

Ada cinta dihati DenisWhere stories live. Discover now