24. Luka Haris

2 1 0
                                    

      Minggu ini Haris memutuskan untuk menjenguk Brina dirumah, karena ia tidak bisa mendekati Brina saat Denis sudah bersamanya, meski hati nya sakit melihat Brina bersama Denis tapi Haris mencoba untuk tidak mengusik hubungan mereka berdua.

      Dengan sepeda motor dan helm full face nya, Haris menlaju dengan kecepatan tinggi, sampai pada akhirnya sampai disebuah perumahan yang disana juga terdapat rumah Brina.

     "Haruskah gue melihat kemesraan mereka lagi?" batin Haris sebelum masuk kedalam rumah Brina.

     "Gue sakit melihat mereka berdua mesra"

      "Apa gue pulang aja?"

"Tapi gue udah sampai!"

     "Ehh...Haris...sini masuk!" Salsa melihat Haris berdiri mematung didepan gerbang rumah Brina.

     "Sial...!" pekiknya.

"I-iya...gue masuk" perlahan Haris jalan memasukkan motornya dan menghampiri Salsa didepan pintu.

      "Loe ada disini juga, sama siapa?"

      "Gue sama Berlin, kenapa?"

"Ada Denis?" Haris bertanya ragu.

      "Hhaha...loe masih cemburu?" Salsa menyelidik.

     "La itu loe tahu, ngapain tanya"

     "Ah...udah lah dari pada loe cemburu mending kita masuk kasian Brina didalam" Salsa menggandeng tangan Haris dengan erat.

      Haris menatap Salsa seakan Salsa adalah Brina.

     "Ris!" panggil Salsa.

Membuat Haris membuayarkan lamunannya.

     "Loe ngapain ngalamun?"

"E...emang gue ngalamun?"

     "Waduh...loe ngak sadar?"

"Ah...udah, mau gue sadar atau enggak yang tahu perasaan gue cuma gue, bukan loe" bisik Haris.

      Salsa hanya menatap Haris dan perlahan melepaskan tangan Haris.

     "Gimana keadaan loe?"

Haris melihat rambut Brina yang mulai menipis dan habis, wajahnya pucat dan matanya begitu sayup.

      "Uhuk...uhuk...ya kayak gini"

"Temen-temen, uhuk...uhuk...makasih kalian udah mau jengguk gue, mungkin kalau gue udah ngak ada disini lagi, ini akan gue bawa mimpi selamanya"

      "Maksut loe apa?"

"Mungkin usia gue tidak lama lagi"

     "Hiks...hiks...hiks...Brina loe jangan ngomong gitu" Salsa sudah menangis mendengar perkataan sahabatnya.

     Sedangkan Berlin, Haris dan Denis hanya mampu menahan air matanya, karena tidak ingin mereka melukai Brina saat mereka menangisi nya.

       "Haris...gue tahu...loe terluka...loe sakit hati sama gue"

      "Brina...jangan bicara kayak gitu"

     "Haris maafin gue...uhuk...uhuk..."

      "Rin loe udah gue maafin loe harus tetap hidup demi kita semua disini"

      Haris duduk dikursi dekat dengan Berlin dan Salsa.

      "Tenang aja, Ris...kalau loe luka, sini gue obatin" Salsa mulai mencairkan suasana.

Ada cinta dihati DenisWhere stories live. Discover now