Berlin adik sepupu Denis yang kini berangkat bersama Denis membuat mata para siswi merasa iri dan cemburu begitu juga dengan Maya yang melihat Denis mengandeng cewek disampinya dengan erat dan penuh kasih sayang.
"Siapa sih dia, anak baru apa siapa sih?" batin Maya.
Maya hendak menghampiri namun tertahan langkahnya karena melihat Brina berjalan pincang, menuju kelas nya tanpa Salsa teman karibnya.
"Sukurin loe, biar tahu rasa loe kira gampang deketin Denis!" Maya beeceloteh sendiri sambil manyun.
"Rin...loe udah sehat?" Salsa yang kebetulan baru berangkat mengejar langkah Brina.
"Iya Sa, oh ya kemaren ada PR ngak?"
"Ngak ada, eh siapa tu yang dateng kesekolah kita?" Salsa melihat Denis berjalan berdampingan dengan seorang cewek tak dikenal.
"Denis? Sama siapa dia ya?" batin Brina sambil terus berjalan menuju kelasnya.
"Brina...tunggu...!" seseorang memanggil nama Brina.
"Eh Haris...ada apa Ris?"
"Ngak apa-apa cuma mau tanya kabar kamu aja, gimana kamu udah enakan?" Haris berjalan menjajari Brina dan Salsa.
"Iya lumayan tapi masih sakit sedikit"
"Untunglah kalau gitu"
"Iya, loe kok ikut gue kekelas sih, loe kan kelas nya disana" Brina menunjuk arah belakang, dimana kelas Haris sudah terlewati.
"Hehe...iya, ya udah gue balik kekelas"
Semua siswi disekolah berseru karena kehadiran cewek bersama Denis, yang sekarang akan masuk di jurusan sastra kelas 11 bahkan satu kelas dengan Salsa dan Brina.
Seorang guru masuk dengan langkahnya yang tegap, kumis melintir, rambut dipomet klimis dan yah, sepatu nya yang hitam mingkilap bukan lagi seperti disemir itu lebih tepat nya kecelup diminyak goreng.
"Selamat pagi...semua nya...bapak bawa satu murid baru semoga kalian bisa berteman dengan teman baru kalian, Berlin ayo masuk perkenalkan diri kamu di depan teman-teman" pak Burhan mempersilahkan Berlin masuk.
"Hay...selamat pagi...perkenalkan nama saya Berlin Edward Faresha, saya pindahan dari luar negri, dan semoga kalian mau berteman dengan saya" perkenalan Berlin selesai.
Semua mengagumi kecantikan Berlin begitu juga dengan laki-laki yang mengidolakan Brina sekarang mengidolakan Berlin juga.
"Ayo semua buka buku kalian kita mulai pelajarannya"
Mereka membuka buku, kecuali Brina dia masih kesal dan masih memendam rasa cemburu melihat cewek yang kini duduk tepat dibelakangnya, yang berjalan bersama Denis beberapa jam lalu, Brina merasa hatinya seakan ingin menjerit dan menahan sakit.
"Rin...?"
"Brin...?"
"Brina!" panggil Salsa sampai bekali-kali tidak ada respon yang ketiga kalinya Brina terjingkat kaget karena Salsa memukul pundaknya sedikit keras.
"Apaan sih?!"
"Siapa yang bicara, kalian kan tahu bapak ngak suka kalau ada yang bicara saat pelajaran?!"
"Maaf pak" Brina meminta maaf dengan nada pelan.
"Loe apaan sih pake ngagetin gue?" bisik Brina pada Salsa.
YOU ARE READING
Ada cinta dihati Denis
Teen FictionKisah kedua remaja yang membuat kita semakin penasaran, sakit hati, sedih, dan bercampur aduk dihati kita... Seperti lampion yang menerangi malam dan kegelapan itu juga akan dilakukan Denis untuk Brina... Namun keadaan berubah setelah Brina mengidap...
