16. Denis yang malang

5 2 0
                                    

     Siang ini Denis sudah diperbolehkan pulang, Brina yang selalu setia menemani Denis merasa ada keanehan dalam diri Denis sekarang.

      Karena sepeda motor Denis besar, kemaren Brina meminta papah Denis mengambilnya di tempat kejadian dimana Denis babak belur, sekarang Denis harus menaiki bus untuk sampai ke rumah dan menaiki angkutan umum sesampainya di terminal pasar.

       Brina dan Denis hanya diam satu sama lain, Brina yang melihat raut wajah Denis tak seriang biasanya, ia nampak murung dan malas berbicara.

      Sesampainya di perumahan elit, Denis berjalan lebih dulu didepan Brina, seakan mereka belum mengenal satu sama lain.

   "Denis tunggu..." teriak Brina pelan, tapi Denis ia tetap berjalan sembari menyakukan tangan nya di saku celana.

     "Gue tahu loe kecewa, gue tahu loe berat mengetahui segalanya tapi loe ngak bisa kayak gini...loe..." ucapan Brina terpotong.

       "Dan loe ngak tahu apa yang gue rasakan saat ini!" Denis menatap wajah Brina yang berada tak jauh dari dirinya.

       "Gue tahu, makanya gue bilang loe kecewa, tapi loe ngak akan pernah sendiri, tidak seperti gue..."

      "Ah...sudah lah...gue mau pulang...sini tas gue" Denis menyerobot tas sekolahnya.

      "Agrh...susah" celetuk Brina.

Brina meninggalkan Denis disebuah persimpangan jalan dan kembali ke jalan raya untuk pulang ke hotel.

      "Rin...dari mana?"

Brina menoleh ke sumber suara.

      "Haris? Dari mana?"

"Gue tanya loe dari mana loe balik nanya, gue habis dari perpus daerah kota, gue anter loe pulang mau?" tawar Haris.

      "Loe ke perpus ngapain?"

"Biasa gue suka baca novel romance jadi gue iseng pinjem ke sana, mau ngak gue anter pulang?" tawar Haris lagi.

      "Mau" Brina langsung membonceng Haris.

      "Loe kenapa kayak orang binggung gitu sih?" Haris memecah kebisingan dijalan raya.

      "Enggak...ngak ada"

Dari kejauhan seorang wanita sudah menunggu kehadiran salah satu diantara anak muda tersebut, ia sangat sayu.

       "Mamah?" Brina langsung menyadari jika ada mamahnya di luar hotel.

      "Siapa Brin?" Haris memutuskan bertanya, padahal ia tahu kalau mamah Brina ke hotel itu karena nya.

      "Nyokap" jawab Brina datar.

"Ohh..."

        "Ngapaim sih mamah kesini? Tahu dei mana lagi Brina disini, Ris...loe...?" Brina menatap Haris penuh tanya.

       "Kenapa?" Haris menaikkan bahunya.

       "Mah, mending mamah pulang dari sini!" Brina mengusir mamahnya.

     "Brina...maafin mamah sayang...mamah tahu mamah salah...hiks...hiks..." mamah Brina sudah bercucuran air mata, merasa tidak sanggup mendengar anaknya berkata begitu padanya.

     "Ah...udahlah Brina tahu mamah kesini cuma mau bujung Brina supaya pulang terus kena amukan papah lagi iya...mamah ngak puas bikin Brina menderita mah...belum puas...hiks...hiks..." Brina mencoba menghapus air matanya.

       "Nak...rumah mamah selalu terbuka untuk kamu...mamah kangen sayang...hiks...hiks...hiks...kangen sama kamu nak" mamah nya mencoba memegang bahu Brina, tapi tangan Brina menghepaskan tangan mamahnya.

Ada cinta dihati DenisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang