5. Denis & Haris

7 4 0
                                    

      Suara petir menyambar dipagi buta, hujan kembali dengan derasnya setelah beberapa hari bumi tidak terguyur air, Haris yang terduduk di meja belajarnya membayangkan perkataan Denis beberapa hari lalu, apa benar atau cuma rekayasa Denis, Haris masih bersikap diam terhadap Denis sampai saat ini.

     "Memang benar Brina tidur dirumah gue..."

     "Memang benar..."

"Brina tidur dirumah gue" kata-kata Denis sangat menyakitkan Haris saat itu bahkan hari ini.

    "AGRHAHHHH...SIALAN rupanya Denis sudah lebih dulu..."

     "Ah...apa benar yang gue denger kemaren? Brina tidur dirumah Denis?"

Brak...pyar...

Barang-barang dimeja belajar Haris berjatuhan termasuk lampu belajarnya, pikirannya kacau dan buyar.

      "Haris...kamu ngak kesekolah udah siang ini?" mamah Haris memanggilnya dari luar kamar.

      "Iya mah, bentar lagi berangkat kok" tak lama setelah menjawab Haris menenteng tas nya menggambil kunci motor dan bergegas pergi kesekolah.

     Brina yang merasa tidak enak badan akhirnya memutuskan untuk tetap kesekolah, karena meski kelakuan Brina nakal dia tidak pernah mau dirumah kalau ngak hari minggu.

     "Beginilah gue, semuanya gue siapin sendiri, makan sendiri, masak sendiri, huft!" batin Brina, matanya menatap meja makan yang kosong sedangkan mamah dan papahnya sudah lebih dulu pergi untuk bekerja.

      Setelah bersiap Brina langsung pergi kesekolahnya tak mau ambil pusing Brina menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi.

     Meski hujan belum reda Brina dengan cekatan menghindar, menyelip kendaraan didepannya karena jam sudah menunjukkan pukul 06:50, itu artinya jam pelajaran disekolah akan dimulai sebentar lagi.

      Denis sudah berada dikelasnya, karena ingin membantu sahabatnya, Denis memutuskan untuk membuatkan surat dengan nama dari Haris untuk Brina, disamping itu Haris memasuki kelas dengan tatapan marah, penuh tanya, tangannya mengepal seakan siap menonjok seseorang dihadapannya.

     Melihat Haris berjalan kearahnya Denis buru-buru menyimpan surat yang dibuatnya untuk Brina.

BUG....

BUG....

BUG...

     "Agrhhhh....sakit ini apa-apaan sih asal pukul aja kenapa sih, loe kesambet apaan?!" Denis mencoba membuka bibirnya yang terluka, darah pun sudah mengalir dipipinya.

       "Sialan loe, teman apaan loe hianati temen sendiri...!"

       "Loe kira gue ngak tahu, loe sebelum nyerahi Brina, loe udah apa-apain dia...dasar loe cowok apaan...anjir!" bentak Haris tak terkendali.
     
        Haris langsung menarik kerah baju Denis dan menonjoknya sebanyak tiga kali sebelum sempat Denis membalaskan tonjokkannya Haris langsung memarahinya.

       "Auuhh...aghhh...apaan sih, loe dateng-dateng tonjokin gue, bahas Brina maksutnya apa gue apa-apain dia jangan asal ngomong loe ya?!" Denis nyengir kesakitan, tangannya memegangi ujung bibirnya.

      "Gue tahu Brina dirumah elo, tidur dirumah loe, itu apa kalau bukan..."

BUGHH...

BUGH....
   Belum sempat menyelesaikan bicaranya, Denis menonjok pipi kanan Haris.

     "Jaga ya kalau ngomong, loe pasti denger gue waktu itu, kemaren gue belum selesai ngomong tahu!" Denis merasa tidak terima sudah dituduh.
BUG...

Ada cinta dihati DenisWhere stories live. Discover now