Chapter 21🌸

589 91 43
                                    

Menjadi dewasa itu bukan soal umur, tapi tentang bagaimana kamu menyikapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
.
.
.
.

Setelah kejadian teror itu, Rani selalu menemani Alya kemanapun Alya pergi. Sungguh Alya beruntung punya sahabat seperti Rani yang sangat peduli kepadanya. Rani bahkan bersih keras untuk menyelidiki siapa yang melakukan ini semua. Suatu hari mereka melihat CCTV sekolah pada saat kejadian hari itu, terlihat seseorang menempelkan foto di kelasnya tapi sayang wajahnya tidak terlihat. Dan untuk teror kado berisi tikus mati itu adalah seorang gadis, wajahnya juga tidak terlihat karena ia memakai topeng berbentuk Joker itu. Jadi intinya, ada dua orang yang berbeda yang telah melakukan ini semua pada alya, entah apa motifnya.

Rani juga sempat mengajak Alya untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut, tapi Alya menolaknya. Ia tidak mau memperpanjang masalah ini. Toh untuk Sekarang tidak ada lagi teror seperti itu dan Alya baik-baik saja. Akhirnya Rani hanya mengiyakan perkataan alya dan mengingatkan agar selalu berhati-hati karena tidak ada yang tau apa yang terjadi kedepannya.

Kalian ingat ketika Devan mengatakan ingin menjadi seseorang yang lebih untuk Alya tempo hari? Sepertinya itu serius. Karna Devan akhir-akhir ini sering menghubungi Alya, menawarkan Alya untuk pulang bersama, bahkan ia mengajak Alya untuk menonton bioskop nanti malam.

Setelah bel pulang berbunyi, Alya membereskan buku-buku Yang ada dimejanya dan dimasukan ke dalam tas. Kemudian Alya berjalan meninggalkan kelasnya setelah berpamitan kepada Rani. Ketika Alya sedang menyusuri koridor, terdengar seseorang yang memanggil namanya dari belakang.

"ALYAA TUNGGU"

Karna mendengar ada yang memanggilnya, otomatis Alya berbalik badan. Terlihat syila yang sedang berjalan setengah berlari kearahnya.

"Gue mau ngomong sama Lo, ikut gue ke kantin sekarang" ucapnya dengan sedikit nafas yang tersengal-sengal. Alya hanya mengernyit bingung, tapi setelah itu ia berjalan mengekor mengikuti syila.

🌸🌼🌸🌼

Dikantin.

"Lo mau mesen makan dulu?" Tawar Alya kepada syila. Kantin di sekolahnya memang selalu buka meski bel pulang sudah berbunyi, karna selalu banyak siswa yang masih berkeliaran di sekolah untuk mengikuti ekstrakurikuler.

"Ahh ngga Al gue masih kenyang" tolak syila dengan gelengan kepalanya. Alya hanya meresponnya dengan anggukan kecil.

"Sebenernya gue mau ngomong gini udah lama, tapi baru sempet" lanjut syila, sembari mengubah posisi duduknya, membuat Alya mengernyitkan keningnya, kepala yang ikut dimiringkan dengan tangan yang menopang dagu menunggu apa yang syila katakan selanjutnya.

"Waktu itu Rizky nembak gue, tapi gue tolak karna gue emang gada perasaan sama sekali, gue nganggep Rizky itu cuma temen. Selain itu, gue juga gamau bikin orang yang suka sama Rizky sakit hati." ucap syila sambil sesekali mengetuk-ngetuk meja. Perkataan syila tadi mengingatkan saat Rizky bercerita di balkon apartemennya saat ia ditolak syila dulu.

"Dan Lo tau Al? Orang yang gue maksud itu Lo" lanjutnya yang membuat Alya mengangkat kedua alisnya.

"Gue tau, Lo suka kan sama Rizky?"

"Eh emm ... Eng..ngga ko" sial! Kenapa Syila bertanya tanpa aba-aba? Alya sangat salting saat ini dan itu membuat syila sedikit terkekeh.

"Hmm, jadi apa maksudnya Lo ngomong kaya gini?" Tanya Alya yang semakin penasaran sekaligus mengalihkan syila agar tidak terus menggodanya.

SOULMATE [Completed]Where stories live. Discover now