Chapter 35🌸

622 69 63
                                    

Terkadang luka hadir bukan hanya pada orang yang ditinggalkan, namun juga yang meninggalkan. Itulah mengapa ada kata "penyesalan".

Seorang gadis sedang menatap ke arah luar jendela mobil sambil menopang dagunya. Orang-orang itu terlihat berlalu lalang dengan sibuk. Kendaraan roda empat saling mencari celah seolah berlomba, yang alasannya tak lain agar cepat sampai tujuan. Jakarta masih sama, macet dan sesak. Sama seperti perasaannya saat dulu meninggalkan kota ini.

Akhirnya setelah bertahun-tahun, Alya kembali menginjakkan kakinya ditanah kelahirannya. Entah takdir apa yang akan Alya temui. Yang pasti, dalam hatinya ia selalu berdoa, semoga tak ada lagi masalah yang harus ia hadapi di kota ini.

Sejenak ia tutup matanya, semua kenangan seolah bernostalgia. Membentuk potongan-potongan seperti film yang membuat otaknya penuh. Alya semakin memejamkan matanya sambil ia gelengkan kepalanya pelan, seperti memaksa untuk menghentikan semua pikirannya itu.

"Al, kita udah nyampe" ucap Tio sang papah seraya menepuk bahu Alya pelan.

Alya membuka matanya lalu menoleh ke arah papahnya sebentar, kemudian ia mengangguk. Ia buka pintu mobil itu dan melangkah keluar.

Sejenak ia tatap gedung tinggi yang ada dihadapannya saat ini dengan sendu, ternyata tidak banyak berubah. Lalu Alya mulai berjalan sambil membawa koper-kopernya dengan dibantu sang papah.

Ceklek..

Pintu apartemen ia buka, semua tatanannya masih sama tak ada yang berubah. Alya menghela nafas panjang, dan dalam hati ia terus meyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja disini.

"Al, papah kayanya langsung berangkat lagi"

"Loh ko ngga mampir dulu pah?"

Tio menggeleng sambil tersenyum "papah ngejar waktu" ucapnya sambil mengusap lembut puncak kepala Alya. "Kamu jaga diri baik-baik ya"

"Papah juga" ucapnya sambil tersenyum.

......

Setelah ia semprot pewangi ruangan bubble gum itu, Alya rebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Perjalanan yang cukup jauh membuat Alya sedikit merasa lelah.

Alya raih tas yang ada disampingnya, lalu tangannya sibuk mencari benda pipih dalam tas itu. Kemudian tak lama setelah tangannya bermain pada layar ponselnya, ia tempelkan handphone berlambang Apple itu pada telinganya.

Tuut tuut

"Hallo Ran"

"Anjir tumben-tumbenan Lo telpon gue"

"Emang gaboleh?? Btw gue dijakarta"

"WHAAAT!???"

Alya menjauhkan ponselnya dari telinganya, suara Rani yang terdengar nyaring membuat telinganya pengang.

"Gausa teriak kali!!"

"Ko bisa? Emm maksud gue kenapa bisa dijakarta? Bukannya Lo gamau ke Jakarta lagi?"

"Gue dipindahin ke kantor yang di Jakarta Ran"

Terdengar dari sebrang sana, suara Rani yang sedang ber-oh ria. Alya lagi-lagi menghembuskan nafasnya yang gusar.

SOULMATE [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن