Chapter 27🌸

610 84 87
                                    

Jika semua orang punya kehidupan yang sama, pasti takkan ada yang mengeluh merasa tidak adil. Tapi itulah kehidupan, jadi jalani saja seadanya.
.
.
.
.

Setelah merasa lebih tenang, Rizky mengantar Alya pulang. Alya juga menceritakan kalau Devan lah orang yang menyebarkan fotonya waktu itu. Meski Rizky sempat menggeram marah, untungnya Alya bisa meredakan emosi Rizky.

Alya membuka pintu apartemennya. Ia melihat sepasang sepatu didekat pintu itu. Sepertinya mamahnya mampir ke sini. Pikir Alya.

Dan benar saja, ketika Alya masuk ke dalam apartemennya, mamahnya sedang duduk di depan televisi dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Mamah kenapa a---" Belum selesai Alya bicara, mamahnya melempar dua lembar kertas kearahnya. Alya terdiam lalu mengernyit bingung.

"Ranking kamu turun?" Tanya mamahnya tanpa basa-basi.

Inilah yang Alya takutkan dari kemarin. Mamahnya tau kalau ranking dikelasnya turun.

"Tapi nilai Alya naik mah" ucapnya dengan nada hati-hati.

"TAPI ADA YANG LEBIH TINGGI NILAINYA DARI KAMU ALYA!" Intonasi dari nada bicara mamahnya mulai meninggi.

Alya menunduk sambil memejamkan matanya. Kemudian ia ambil kertas raportnya yang tergeletak dilantai. Lalu digenggamnya erat, nilai yang selalu Alya perjuangkan, sampai ia rela begadang tiap malam untuk belajar semua materi yang ada dikelasnya, hanya untuk sebuah NILAI! Bahkan sekarang seolah tidak ada artinya lagi dihadapan mamahnya, hanya karena ranking Alya turun.

"Semester lalu ranking kamu diposisi pertama, Kenapa sekarang jadi turun?" Tanya mamahnya sekali lagi sambil menunjuk kertas yang Alya pegang sekarang. Dan Alya lagi-lagi hanya menunduk tak mampu menatap sorot amarah dari mamahnya. Padahal ia sendiri sedang menahan amarahnya.

"Ini gara-gara kamu ikut ekskul padus kan?"

Alya mendongakkan kepalanya, apa maksud mamahnya mengatakan itu?Alya takut kejadian 2 tahun yang lalu terjadi lagi. Ketika SMP Alya mengikuti ekskul band dan 4 bulan kemudian, ia harus keluar hanya karna nilainya turun.

"Bulan kemaren kamu ikut lomba dan mamah yakin kamu ngga fokus sama pelajaran!"

"Engga ko mah, Alya tetep belajar meskipun ikut lomba" Bantah Alya dengan cepat, yang memang kenyataannya Alya selalu meluangkan banyak waktunya untuk belajar.

"Mamah gamau tau, pokonya kelas 11 nanti kamu keluar dari ekskul padus"

"Tapi mah apa masalahnya? Alya seneng ikut ekskul itu mah" ujar Alya dengan menatap mamahnya. Hal yang ia takutkan akhirnya terjadi.

"NYANYI GABAKAL BIKIN KAMU SUKSES ALYA!"

"TAPI MAH APA MASALAHNYA KALO ALYA SUKA NYANYI? TOH ALYA JUGA SELAMA INI SELALU BELAJAR" ucap Alya yang tak kalah menaikkan intonasi suaranya.

Plakk

"Mau jadi apa kamu kalau terus-terusan bantah kaya gini hah?!" Ucap mamahnya sambil mencekram kuat pipi Alya lalu dihempaskan begitu saja.

Alya masih diam berusaha menetralkan emosinya. Tapi tidak bisa! Sekuat tenaga ia kepalkan tangannya sambil bergetar. Belum lagi pipinya masih terasa perih bekas tamparan mamahnya.

Ia tatap sekali lagi nilai yang masih ada ditangannya. Ia tersenyum kecut, lalu ia remas kertas itu kuat-kuat dengan nafas yang tak beraturan saking menahan emosinya. Lalu ia memejamkan matanya dan.

Tess

Bulir bening jatuh membasahi kertas itu. Matanya terlihat merah tanda emosi Alya sudah berada dipuncak.

SOULMATE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang