🌈🎠Bagian 45🎠🌈

257 26 10
                                    

⭐Votementnya jangan kelupaan⭐

Seminggu telah berlalu, seminggu pula kehidupan Sasa berubah. Mulai dari Bu'le yang tidak mau keluar kamar apabila ada Sasa, mulai dari tuduhan semua orang pada Sasa hingga bullyan yang Sasa terima setiap hari.

Sasa menghela nafas ketika melihat bangku dan mejanya yang di penuhi sampah bahkan ada beberapa coretan bertuliskan "Murid Beasiswa Gak Tau Diri".

Dengan sabar Sasa membereskan sampah itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Eh liat deh si upik keluar kelas tuh."

"Ups si pembunuh lewat."

"Gini nih contoh anak yang gak pernah di ajarin kebaikan sama orang tuanya."

Sasa yang mendengar ucapan terakhir itu mengepalkan tangannya, sudah cukup Sasa bersabar Sasa tidak bisa menerima apabila ada orang yang mengatai orang tuanya.

"Maksud lo apa!!!" tanya Sasa sembari mencengkram keras bahu perempuan yang mengatai orang tuanya tadi.

"Aw sakit aw" teriaknya dengan lebay.

"Jangan pernah lo ucapain kalimat yang ngerendahin orang tua gue."

"Dan jangan pernah juga lo bersikap so jagoan kalo kasus lo gak mau bertambah bitch" ucap seseorang yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang.

Sasa mengepalkan tangannya kala melihat orang yang barusan menyambung ucapannya.

"Apa apa lo mau pukul gue? Ayo pukul, asal lo tau ya selama kasus lo ini belum selesai lo gak bisa berbuat apa-apa, sekali lagi lo buat masalah Kakek gue yang akan hapus beasiswa lo bitch" Sasa mengepalkan tangannya ketika mendengar ucapan Andira barusan.

Ingin sekali Sasa memberi Andira pelajaran namun saat ini Sasa sedang tidak ingin terkena masalah kembali, apalagi Andira cucu pemilik sekolah yang ada beasiswa Sasa bisa di hapus kalau Andira sudah mengeluarkan omongan dustanya.

Sasa memasuki kelasnya dan menatap Andira tajam.

"Lihat guys yang namanya orang bersalah pasti akan malu sendiri" ucap Andira yang langsung mendapatkan tepuk tangan dari seluruh orang di koridor.

Sasa menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan, hari ini adalah hari keseminggu Garsa tidak memberikan kabar pada Sasa ya walaupun Sasa tau Garsa sedang sibuk merawat Nai.

Nai memang sudah pulang dari dua hari yang lalu, lima hari Nai di rawat dan sampai sekarang pun Nai tidak mau bertegur sapa dengan Sasa.

Bahkan ketika kepulangannya kerumah dari rumah sakit Nai serta Bu'le tidak mau keluar kamar karena mereka tidak mau melihat Sasa.

Semakin hari rasa penyesalan dan pensaran Sasa semakin bertambah Sasa selalu berfikir siapa orang yang tega memfitnah dirinya dan siapa orang yang tega menyelakai Nai.

Lama Sasa menenggelamkan wajahnya tak terasa bel istirahat sudah berbunyi guru di jam pelajaran pertama di kelas Sasa memang berhalangan hadir jadi mereka di berikan freeclass.

Jam istirahat jam yang sangat di benci oleh Sasa untuk saat ini bagaimana tidak seluruh orang sengaja datang ke kelas Sasa hanya untuk meyindir Sasa.

Dengan kesal Sasa bangkit dari duduknya dan hal itu menimbulkan decitan suara bangku yang kencang.

Tak perduli banyak tatapan yang menatapnya yang terpenting Sasa hanya ingin menjernihkan pikirannya.

"Sasa" seseorang memanggilnya dan ternyata itu adalah Bu Jukma.

"Iya Bu?"

"Tolong belikan saya teh manis panas ya, ini uangnya dan tolong antar ke tehnya ke UKS" pinta Bu Jukma dan Sasa menganggukkan kepalanya.

My Sagitarius ✅ [Completed]Where stories live. Discover now