Bab 7| Nomor Tak Dikenal

310 39 0
                                    

Sejak kuliah aku terpaksa mengganti nomor ponselku agar satu operator dengan Anty, Silvi, dan Tita karena gara-gara beda operator aku jadi sering ketinggalan berita. Mereka bertiga berkirim SMS tanpa sepengetahuanku. Jadi ketika ada jeda libur hanya aku yang tak tahu info terbaru. Mereka hanya mengirimkan SMS sekali dua kali selama libur. Itupun kalau infonya sudah dalam level emergensi.

"SMS ke lo mahal sih, Mir, karena beda operator makanya kita jarang SMS lo." Begitu dalih Anty.

"Makanya lo ganti kartu dong. Ganti operator biar bisa dapet gratisan. Kan kalo SMS ke sesama tiga kali bisa langsung dapet gratisan sepuasnya selama 24 jam." Rayu Tita maut.

"Iya, biar ga dikacangin. Nanti kalo ada gosip terbaru kan kita bisa SMS lo terus." Bujukan Silvi tak kalah maut.

"Iya. Lagian katanya operator kartu lo itu sering ga ada sinyal kalo pas lagi di hutan belantara," nada bicara Anty setengah mengejek.

Tapi itu memang benar adanya. Setiap kali aku hendak ke Purwokerto dari Pekalongan dengan naik mobil travel, aku harus melewati hutan jati hampir sepanjang perjalanan. Sialnya, ponselku sering kehilangan sinyal. Nahasnya, itu berarti aku hampir tidak berkomunikasi dengan siapapun selama 4 jam perjalanan yang seringnya membosankan itu.

"Jadi aku harus ganti nomer nih?"

Anty, Tita, dan Silvi mengangguk antusias lalu bersorak, "ganti, ganti, ganti!!" dengan semangat.

Akhirnya akupun membeli nomor baru dengan operator yang sama dengan yang dipakai mereka bertiga. Anehnya, nomor baruku yang baru berumur seminggu- dan hanya diketahui oleh orang tuaku dan mereka bertiga- mendapat SMS dari nomor tak dikenal. Lucunya SMS itu berisi permintaan perkenalan.

**Hai. Boleh kenalan ga?**

Aku mengernyit heran tapi kupikir tak ada salahnya membalas pesan ini. Toh, misalkan iseng juga aku cuma menganggapnya tak pernah ada.

**Boleh.** Balasku.

**Anak mana? Kuliah? Dimana?** Si pengirim mengirim SMS balasan lagi.

Aku tersenyum. Aku membalas dengan jujur. Tak kusangka si pengirim membalasnya dengan sesuatu yang membuatku terkejut.

**Loh, kamu kuliah disitu? Aku ngontrak deket situ loh. Cuma kuliahnya di kampus pusat. Ambil hukum.**

Wah, FH? Di kepalaku langsung terbayang sosok cowok ganteng nan tajir karena stereotip mahasiswa FH pastilah kaya raya dan keren.

**Besok ada kuliah?** Tanya si pengirim.

**Ada. Dari jam 7 sampe siang. Kenapa?**

**Gimana kalo kita ketemuan besok?**

Mmm, tiba-tiba si pengirim SMS itu mengajakku ketemuan. Jujur aku tidak pernah mengalami hal-hal seperti ini sebelumnya karena aku belum pernah pacaran. Aku agak takut tapi Anty dan Tita mendukungku..

"Ga papa kali, Mir, cuma ketemuan aja mah. Kalo ga sesuai ya udah ga usah SMS-an lagi." Kata Anty santai.

"Mmm, gitu ya?" Aku masih ragu.

"Udah, iyain aja. Emang kalo ketemu doang bakal diapain sih? Apa yang lo takutin sih sebenernya?" Silvi yang memang lebih expert di dunia per-lelaki-an menyahut santai.

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)On viuen les histories. Descobreix ara