Bab 31| Jadi Panitia? Siapa Takut?

165 27 0
                                    

Di tahun kedua aku kuliah, aku akhirnya kembali berpartisipasi dalam acara ospek kampus. Tahun sebelumnya aku juga ikut sebagai panitia dengan posisi escort. Tapi karena tak ada hal yang istimewa jadi tak kuceritakan di sini. Di tahun kedua ini aku memberanikan diri mendaftar sebagai seksi acara. Di seksi acara aku berpartner dengan tiga orang lain. Ada Bowo, mantan pacar Tita, dan Lista dari angkatan yang sama denganku serta Relly dari angkatan 2007.

Sebetulnya aku tidak terlalu senang mengikuti kepanitiaan tapi tak ada salahnya mencoba. Apalagi nanti di akhir kepanitiaan aku akan diberi sertifikat sebagai bukti partisipasi. Yah, mungkin saja sertifikat itu bisa berguna suatu saat nanti. Kebetulan ada Tita yang juga ikut serta sebagai seksi konsumsi. Anty dan Silvi yang paling ogah disuruh ikut acara beginian langsung bertanya padaku dan Tita apa asyiknya jadi panitia. Apalagi acara ospek itu dilakukan saat libur semester.

"Di rumah juga gue bingung mau ngapain, Ty, Vi." Jawab Tita yang kuamini dengan anggukan. "Libur semester sebulan. Kalo ga ada yang ngajakin pergi mati gaya juga."

"Tapi emang gara-gara ospek ibuku nyap-nyap. Kenapa sih kamu ikut ospek segala? Lagi libur malah kabur. Gitu katanya." Aku menirukan ucapan ibuku saat aku izin untuk ikut jadi panitia ospek lagi.

"Kangen kali nyokap lo makanya lo ga dibolehin pergi ke Purwokerto selama libur!" Kata Anty.

"Kagak lah. Itu sih gara-gara aku pasti minta dikirimin duit meski libur. Hahaha."

Mendengar jawabanku Anty, Silvi, dan Tita tertawa.

"Tapi bener juga sih omongan nyokap lo, Mir." Kata Silvi. "Harusnya lo di rumah aja ga perlu dikirimin duit eh malah tetep ngirimin lo duit."

Omong-omong, jadi seksi acara itu lumayan berat. Tim acara harus survei tempat untuk makrab yang tidak selesai dalam sekali kunjungan padahal kami harus naik-turun Baturraden-Purwokerto, harus putar otak buat nyari ide ngasih tugas apa ke maba (meski ini akhirnya dikerjakan oleh seluruh panitia tapi ide awalnya dari tim acara), putar otak lagi untuk membuat hukuman yang bermanfaat jika ada maba yang tidak bisa memenuhi tugas, dan menyusun rundown acara agar acara ospek berhasil dan tidak membosankan. Kehadiran Radit sebagai pacar slash seksi dekdok cukup membantuku dalam kepanitiaan. Dialah yang sering mengantarku untuk mensurvei tempat makrab. Kami juga sering berangkat bersama ketika ada panggilan rapat.

Ada dua hal yang menarik saat aku menjadi panitia acara di ospek tahun 2008. Hal pertama adalah kejadian panitia dan maba mencret massal. Serius! Aku tidak bohong. Saat itu kegiatan ospek baru saja dimulai tapi perutku sudah mulas bukan main. Akhirnya aku menuju ke kamar mandi karena kebetulan seksi acara belum ada aba-aba untuk mengambil alih kegiatan ospek.

"Eh, buset!" Aku nyaris melonjak kaget saat melihat banyak panitia dan maba yang sudah mengantre di depan pintu kamar mandi dengan ekspresi seperti menahan keluarnya sesuatu.

"Mau ngapain, Mir?" Tanya Ryan yang ternyata juga mengantre di sana. Kebetulan dia jadi escort. Seingatku ini pertama kalinya Ryan menjadi panitia ospek. Dia ini emang tipe mahasiswa yang doyan main. Bukan tipe mahasiswa yang suka memperbanyak sertifikat keikutsertaan kepanitiaan atau workshop.

"Mau pup. Mules nih." Aku menepuk-nepuk perutku.

"Lah, kok samaan? Kita semua yang ada di sini juga pada mules." Terang Ryan.

"Hah? Serius?" Aku terkejut lagi. "SEMUANYA?? SEGINI BANYAKNYA ORANG?" Orang-orang mulai melirikku karena suaraku yang kencang. Aku reflek menutup mulut setelah menyadari banyak pasang mata menatapku dengan pandangan suara-lo-yang-cempreng-bikin-gue-makin-mules-kampret!

Ryan terkikik melihat ulahku lalu katanya, "kayaknya katering kemaren ada yang basi deh terus kemakan sama kita-kita yang di sini."

Jadi selama ospek itu pihak panitia memesan katering untuk makan pagi dan siang bagi panitia dan maba. Seingatku menu katering kemarin adalah telur balado. Aku sih merasa baik-baik saja dengan telurnya. Apa mungkin nasinya yang basi? Aku hanya merasa nasinya agak kering sehingga aku hanya makan sedikit. Tapi masa efek mulasnya sampai membuat perutku melilit begini? Aku jadi membayangkan bagaimana jadinya kalau aku makan semuanya?

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang