Bab 65 | Jeng Jeng Jeng... Pilihannya Adalah...

141 23 0
                                    

Siapa bilang cinta lokasi hanya mendatangkan kebahagiaan? Cinta lokasi ternyata bisa juga menimbulkan kerepotan. Ini terjadi pada Fanny. Iya, ternyata selama KKN dia cinta lokasi dengan teman seposkonya yang notabene satu tahun di atas kami alias angkatan 2005 dan dari jurusan Administrasi Negara. Aku tahu karena Fanny sempat memperkenalkan Keenan, sang pacar baru, saat dia mengundang kami ke pesta ulang tahunnya yang dirayakan di sebuah restoran cepat saji di Brebes saat KKN.

"Emang kamu udah resmi putus dari Rizal?" Tanyaku begitu kami sudah mulai masuk kuliah lagi.

Fanny menggeleng. "Aku putusin dia sepihak doang, Mir, karena dia emang ga pernah mau putus dari aku."

Ya jelas lah ya secara kan kamu yang ngehidupin dia. Aku membatin.

"Terus Rizal udah tau?"

"Ya jelas belum lah. Makanya aku mikir kalo misalnya dia nanti tau itu biar jadi pelajaran dia. Biar dia ga usah deket-deket aku lagi. Gitu, Mir."

"Kamu yakin?"

"Maksudnya?" Fanny tampak tak mengerti.

"Maksudnya gini loh, Fan. Rizal ini kan tipe orang nekad. Kamu tau sendiri lah dia kayak gimana. Yang tempo hari aja dia sampe rela mau bunuh diri biar ga diputusin kamu kan. Nah, aku takutnya kali ini dia lebih gila lagi gitu." Kataku.

"Kalian ga ada sex tape atau foto-foto bugil kan?" Tanyaku iseng.

"Ga lah. Gila aja!" Fanny langsung merah padam.

"Canda, Fan, canda. Aku cuma nanya. Buat mastiin aja. Soalnya itu biasanya dijadiin bahan ancaman para cowok yang ga mau diputusin ceweknya."

"Iya ya, Mir. Serem ya kalo sampe kejadian begitu." Fanny bergidik ngeri.

"Udah serem bikin stress juga, Fan, kalo jadi korban cowok begitu. Bisa gila pacaran sama cowok psycho kayak gitu."

"Iya ya." Fanny mengangguk-angguk.

"Makanya emang penting jaga diri kita dari perbuatan ga baik terutama pas pacaran. Soalnya kadang jadi balik ke diri kita lagi jeleknya. Kita sebagai perempuan yang rugi."

"Aku setuju, Mir, kalo yang itu."

Jeda hening sejenak kemudian aku bertanya. "Terus pacar kamu yang sekarang tau kalo kamu ada masalah sama Rizal?"

Fanny mengangguk. "Aku cerita kok ke dia. Dia bilang sih kalo ada apa-apa dia siap pasang badan buat lindungin aku."

"Bagus deh kalo gitu." Aku tersenyum simpul.

"Tapi..." Fanny sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu padaku.

"Tapi apa?" Aku berusaha mendesaknya karena aku paling benci sama orang yang udah telanjur buka cerita dengan kata tapi terus ga jadi ngomong. Sumpah. Itu bikin penasaran banget sampe ga bisa tidur.

"Rizal sebenernya kemaren kirim SMS ke aku, Mir." Fanny memain-mainkan ponselnya. "Dia bilang dia bakal kejar aku sampe dapet. Sampe aku tetep sama dia. Kita ga bakal putus lagi. Serem ga sih, Mir, kalo dia SMS kayak gitu?"

"Itu sih bukan serem lagi tapi psycho, Fan. Rizal sakit. Sakit jiwa!" Aku bergidik. "Kirain orang-orang begitu cuma ada di cerita taunya ada beneran ya."

"Aku kudu gimana, Mir?" Fanny terlihat putus asa.

"Ga papa, Fan, kamu tenang aja. Kita selalu ada buat kamu kok. Jangan pergi sendiri. Kalo kamu mau kemana-mana minta temenin aku, Silvi, Tita, Anty, atau pacar kamu atau siapapun yang lagi ada di deket kamu. Oke? Kita ga pernah tau Rizal bakal berbuat apa sama kamu. Dan kita ga pernah bisa nebak dia bakal ngapain kamu dimana. Jadi waspada itu penting."

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Where stories live. Discover now