Bab 66| My November Ends

134 25 0
                                    

"Oh, jadi selama ini kamu SMS-an sayang-sayangan dan kangen-kangenan sama Dayu?" Semprotku penuh dengan kemurkaan setelah membuka ponsel Radit dan menemukan bukti kuat atas tindakan pengkhiatannya. Aku merasa bodoh karena bisa kecolongan lagi.

Sejak berakhirnya KKN aku memang mulai mencium gelagat aneh pada diri Radit. Dia sering sekali pergi bertemu dengan teman-teman eks KKN-nya yang disebutnya reuni. Sebulan mungkin bisa dua hingga tiga kali. Padahal KKN juga belum lama berakhir. Aku saja baru sekali bertemu lagi dengan teman-teman KKN-ku pasca KKN berakhir dua bulan lalu. Itupun karena Rio bilang kami perlu silaturahmi setelah lebaran.

Aku masih berusaha berpikir positif meski memang aku merasa agak sedikit aneh dengan gelagat Radit itu. Hingga akhirnya kecurigaanku terbukti ketika suatu hari aku menemukan log panggilan dan SMS di ponselnya. Oh ya, untuk yang belum tahu, log itu semacam berkas (bisa pesan atau panggilan) yang otomatis tersimpan di ponsel setelah kita melakukan pengiriman pesan atau panggilan ke nomor yang dituju. Jadi meski kita sudah menghapus pesan atau panggilan, catatan berkasnya tetap ada. Radit sepertinya agak ceroboh masalah ini. Sementara aku, sebagai seorang perempuan yang katanya makhluk dengan insting tajam dan ilmu stalking melebihi agen intelijen, justru lebih tahu kelebihan (atau kekurangan?) ponsel yang dipakai Radit meski aku tidak memakai ponsel merk yang sama.

"Apaan? Ga kok, Mir." Radit masih ngeles.

"Kamu masih ngeles meski udah ada bukti?"

"Mana buktinya?" Tantangnya.

Aku lalu mengambil ponsel Nokia Express Music-nya yang baru dibelinya beberapa minggu lalu. Aku buka daftar log panggilan dan pesan di ponselnya itu. Aku tunjukkan semuanya di depan matanya.

"Nih!" Kataku jumawa. Radit tercekat. "Kalo mau selingkuh pinter dikit! Meski kamu udah hapus SMS-SMS kamu sama dia atau hapus daftar panggilan kamu ke dia semuanya masih kecatet di log."

"T-tapi itu..."

"Tapi apa? Kamu mau ngeles apa lagi, hah? Udah jelas semuanya ini loh, Dit."

"Mir, aku bisa jelasin..."

Aku menggeleng lalu berkata tegas padanya. "Inget kan pas aku bilang ini terakhir kalinya sama kamu. Kalo sampe kamu masih kayak gini lagi aku udah ga mau kamu ajak balikan lagi."

"Tapi, Mir..."

"Dit, aku udah pernah bilang juga kan kalo kamu capek atau ga suka sama aku yang seperti ini, kita udahan aja. Kenapa kamu harus bikin luka di hatiku dengan selingkuhin aku berkali-kali?"

"Mir, ini bukan kayak yang kamu pikirin..."

"Terus apa? Kalo kamu SMS 'hai, aku kangen nih sama kamu' ke cewek lain emangnya wajar? Apalagi ceweknya itu pernah digosipin cinlok sama kamu pas KKN."

"Kan sama kayak kamu SMS kangen ke Zico misalnya atau ke Ryan misalnya." Radit terus mencari pembenaran.

Aku mendecih. "Kalopun menurut kamu wajar aku SMS kangen ke temen-temen kamu, aku tetep ga akan SMS begitu ke mereka karena ga sopan."

Radit diam. Kurasa dia sedang mencari pembenaran lain. "Itu kan cuma becandaan, Mir, ga serius. Itu kan SMS yang aku kirim beberapa hari lalu karena kemaren kan kita ketemuan buat reuni."

"Cih, reuni. Sepengetahuan aku ya reuni menurut KBBI itu bermakna pertemuan kembali setelah berpisah cukup lama. Menurut kamu dua bulan itu udah lama? Lagian kayaknya tiap berapa minggu sekali kalian ketemuan kan pasca KKN?" Radit masih diam jadi aku merepet lagi lebih telak. "Oh, buat orang kasmaran emang waktu sebentar berasa seabad sih. Pengennya berduaan mulu."

"Apaan sih, Mir, curigaan mulu?" Hanya itu yang bisa dikatakan Radit untuk membela diri.

"Oh, curiga. Masih bagus ya aku curiga karena sekarang kecurigaanku terbukti bener. Coba kalo aku ga pernah curiga, aku pasti kecolongan lagi kayak kejadian sama Nita dulu."

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Where stories live. Discover now