Prolog

13.7K 772 40
                                    

Alva diam,tak berkutik sama sekali.Kepalanya menunduk,tak berani beradu pandang dengan wajah tegas dari sang ayah.Tangannya ia tumpuk di atas paha yang dilapisi celana merah khas seragam anak SD.

Dua kakaknya juga duduk bersama,saling berjajar pada sofa ruang tamu.Yang satu mengenakan seragam putih biru,satunya lagi mengenakan seragam yang sama dengannya.

"Alva,kenapa nakalin temennya sampe nangis?"

Alva bergeming.Takut bersuara.Ayahnya itu sosok yang suka bercanda,tapi jika sedang serius,jangan harap dapat berbagi tawa.Tatapannya beralih pada sang bunda yang sejak tadi terdiam.Bukan karena tak ingin berbicara,tapi ...

"Rafa jelek-jelekin bunda di depan kelas." Alva menjeda ucapannya,memastikan sang bunda tak tersinggung.

Melihat sang bunda tersenyum sambil mengangguk,Alva menghela napas panjang.

"Kata Rafa 'pantes aja Alva nakal,mamanya kan nggak bisa ngomong buat nasehatin Alva' terus temen-temen aku pada ketawa,jadi aku dorong Rafa sampe dia kebentur papan tulis."

Bunda tersenyum sendu.Ternyata putranya itu berkelahi karena berusaha membelanya.Ia kemudian bergerak,mendekat pada Alva.Telapak tangannya mengusap puncak kepala Alva dengan lembut.

Ayah duduk berlutut,hingga akhirnya Alva berani menatapnya.

"Alva bangga nggak punya bunda yang spesial?"

Alva mengangguk mantap.

"Kalo Alva bangga,Alva nggak boleh bela bunda pake cara yang kasar.Bilang ke mereka kalo bunda itu spesial." Ayah menatap dua putranya yang lain.

Lalu kembali menatap Alva yang sedang mengerjapkan kelopak matanya dengan polos.Seakan menunggu ucapan sang ayah selanjutnya.

"Mungkin bunda nggak bisa bicara di sini,tapi di akhirat kelak,bunda bisa bebas minta apa pun sama Allah tanpa takut ada yang njelek-njelekin lagi.Paham,kan?"

Alva kembali mengangguk.Raut bersalah tercetak jelas pada wajahnya.Ia menatap sang bunda dengan mata bulatnya."Maaf,ya,Bunda."

Bunda mendekap Alva,dua bola matanya sedikit basah.

"Kalian jaga Alva biar nggak nakal lagi,oke?"

Dua kakak Alva—yang sejak tadi tertunduk—akhirnya berani mengangkat wajah,sedikit menyunggingkan senyum.Mengangguk hampir bersamaan.

Dalam hati,mereka telah berjanji untuk selalu menjaga Alva sesuai dengan amanah sang ayah.

Berharap,tak ada duka yang singgah dalam keluarga ini hingga mereka berhasil membuat bangga sang ayah dan bunda.

•••Adelfós•••

Pantes lanjut nggak sahabat?
Nggak bakal lupa sama Ragil,kok.Tenang aja👌


































Gatau denk😌

AdelfósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang