[03] Penasaran

70 17 77
                                    

***

"Kamu penuh kejutan, melakukan hal tak biasa. Membuatku penasaran, entah kenapa aku ingin mencari semua hal yang berkaitan denganmu."

***

Ruby berbaring di ranjang, lalu ia bangkit menuju meja belajarnya. Niat hati ingin belajar, namun ia justru salah fokus menatap foto kebersamaan dengan kedua orang tuanya.

Air matanya mengalir tanpa ia duga. Kenangan manis yang telah dilewati bersama mereka sekarang memenuhi otaknya. Rasa kehilangan, membuat hatinya kosong. Mungkin ini yang dinamakan patah yang sebenarnya, bukan patah karena putus cinta maupun yang lain.

Selesai bernostalgia dengan ingatan masa indah sekaligus kelam. Ia teringat dengan sebuah paket yang diterima tadi siang, tangannya langsung merogoh tas ransel kesayangannya. Perlahan mulai membuka amplop cokelat itu, ia bingung karena tak pernah memesan barang apapun.

"Mungkin ini hadiah dari seseorang biar aku nggak sedih lagi," kata Ruby, sembari menghapus air matanya.

Gadis itu kaget saat melihat isi paket itu, keningnya berkerut. Senyumnya mengembang.

"CD? Mungkin ini album boyband or girlband favoritku," katanya, lalu memasukkan benda itu ke laptopnya untuk dinyalakan.

Perlahan namun pasti, video itu mulai berputar. Menampilkan sebuah adegan, Ruby sedikit tak memahami apa maksud isi video itu.

"Ini nggak mungkin, pasti ada orang iseng mau ngerjain aku. Tapi kenapa bisa ada orang yang kirim video kayak gini ke aku?" gerutu Ruby, yang masih memperhatikan semua adegan per-adegan.

Malas melanjutkan menonton itu, tetapi ia melihat ada secarik kertas yang ada di dalam amplop itu.

Itu bukan rekayasa. Jadi, jangan anggap ini main-main. Video itu adalah kebenaran, tidak semua yang kamu anggap baik itu benar. Namun, bisa saja sebaliknya.

~ HK ~

Kening Ruby berkerut, ia semakin bingung dengan isi CD itu. Karena, video yang ada di sana, bisa jadi hanya rekayasa. Namun, pengirimnya mengatakan bila itu semua benar. Jadi, sekarang ia harus bagaimana. Gadis itu, mematikan laptop kesayangannya dan menyimpan benda misterius itu. Lalu, ia mengambil buku catatan pribadi yang selalu menjadi tempat curhatnya.

Pelan-pelan mata Ruby terpejam setelah mencurahkan semua isi hatinya di buku itu. Sampai ia lupa menutup pintu kamarnya, hingga akhirnya ada seseorang melihat keberadaan gadis itu yang sudah tertidur.

Orang itu perlahan mendekati Ruby, memastikan gadis itu tertidur pulas atau belum.

Dasar bodoh! Lo emang keliatan kuat, tapi sebenarnya rapuh.

Sembari melihat ke arah bingkai foto yang tergeletak tak jauh dari Ruby. Memperhatikan foto itu, yang nampak sangat bahagia.

Lalu, mengambil selimut yang ada di ranjang Ruby. Meletakkan selimut itu untuk menutup tubuh gadis itu yang tertidur di atas meja belajarnya.

Gue harap lo nggak harus terluka lagi, karena tindakan lo ini justru gue yakin bakalan bikin lo semakin tersiksa.

Cowok itu, pergi meninggalkan Ruby yang sudah terlelap. Mungkin sudah bermimpi indah.

Berpura-pura bahagia. Berubah jadi orang lain. Itu tidak akan membuat kita bisa sepenuhnya melupakan rasa kehilangan. Gue juga ngerasain ditinggalin sama orang yang tersayang. Mama.

***

"Menjadi berbeda memang tidak mudah, bahkan kita harus tersiksa. Tapi, semua itu harus gue lakuin, demi perubahan hidup yang mungkin bisa bikin bahagia." Abyan menatap langit, yang berisi bintang-bintang terang.

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now