[11] Kelompokan

46 10 58
                                    

***

Aku tak ingin mengekangnya, karena itu akan membuat dia tak nyaman. Aku rela terluka, asal dia bahagia. Meski itu, akan membuat hatiku hancur.

***


"Kak Zhafran?" kata Ruby, menoleh kaget sembari membenarkan letak kacamatanya, lalu tatapannya mengarah ke cowok yang sekarang sudah berada di dekatnya.

Zhafran tersenyum, ia sudah menduga gadis itu kaget dengan kehadirannya.

"Kalo butuh bantuan bilang, By. Ya, meskipun nggak ada orang di rumah ini. Tapi, lo bisa telepon gue, Mama, atau Abyan." Zhafran mengelus kepala Ruby, sembari memberikan toples gula yang sudah bisa ia ambil.

"Makasih, Kak." Senyum Ruby mengembang saat berada di dekat Zhafran, hatinya terasa menghangat. "Ngomong-ngomong Kak Zhafran dari mana?"

"Gue habis nganterin Rhea kerja kelompok di rumah Sari," kata Zhafran, Ruby hanya mengangguk karena ia tahu bagaimana kedekatan hubungan Zhafran dan Rhea.

"Oh ya... Aku mau buat teh anget, Kakak mau nggak?" tanya Ruby.

"Boleh, tapi gulanya jangan kebanyakan karena itu nggak baik," kata Zhafran lagi-lagi dengan senyuman yang bisa menular kepada Ruby. "Iya, Kak. Tunggu aja di ruang tamu, nanti aku anter ke sana,"

"Makasih... Hati-hati, By," kata Zhafran, tanpa sadar mengacak-acak rambut gadis itu.

Entah kenapa, sedari tadi jantung Ruby berdetak lebih kencang dari biasanya. Setelah mendapat perhatian dari Zhafran, akan tetapi ia tak mau terbawa suasana. Cowok itu sudah mempunyai kekasih, ia tak mau menjadi penganggu hubungan orang. Ia harus menjaga hati, lebih baik ia berusaha menghilangkan desiran rasa yang masih belum terlalu dalam ini.

Lima menit cukup untuk Ruby membuat minuman. Ia langsung menyajikan itu kepada Zhafran yang sudah menunggunya.

"Ini tehnya, Kak. Kalo ada yang kurang bilang, ya?" kata Ruby, lalu duduk di sebelah cowok itu.

"Makasih, By. Tumben sendirian, Mama ke mana?" kata Zhafran, karena sedari tadi tidak melihat sosok Maya di dalm rumah itu.

"Tante tadi bilang mau ke rumah temannya, ada acara arisan," balas Ruby.

"Oh... Kalo Abyan? Dia pasti di kamar nggak mau keluar, ya?" tanya Zhafran, sedikit penasaran dengan keadaan adiknya itu.

"Kak Abyan lagi pergi, mungkin ada acara sama teman-temannya," kata Ruby, membuat Zhafran tersenyum, "kenapa lo nggak ikut Abyan ketemu temannya?"

"Nggak Kak, tadi aku habis ngerjain tugas sama sahabat-sahabatku di sini," kata Ruby, berusaha menetralkan detak jantungnya yang tak beraturan saat Zhafran menatapnya cukup intens.

"Semangat terus ya, By. Belajar yang rajin, biar jadi juara kelas." Lagi-lagi perkataan cowok itu membuat dada Ruby semakin deg-degan tak karuan.

"Pasti, Kak. Makasih dukungannya," kata Ruby tersenyum.

Jujur, Ruby sangat bahagia bisa berada di tengah-tengah keluarga Hendra. Ia mendapat banyak perhatian dan dukungan yang mungkin sempat hilang, karena kedua orang tuanya pergi meninggal. Namun, ternyata kebahagiaan itu muncul kembali sekarang. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapat kembali.

"Iya sama-sama. Pokoknya jangan sungkan sama keluarga gue, By," Zhafran mengelus kepala Ruby lagi, kali ini ada seseorang yang melihat kejadian itu.

"Ehem... Gue boleh gabung nggak, ya?" kata seseorang itu, sembari tersenyum manis.

Ruby dan Zhafran menoleh, Zhafran tersenyum ke arah orang itu. Lalu berdiri, menarik gadis itu untuk duduk di sebelahnya.

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now