[13] Hubungan

43 10 24
                                    

***

Aku hanya ingin menyimpan semua luka ini sendiri, tidak melibatkan siapapun.

***

"Gimana, Kak? Aku boleh duduk di sini, nggak?" tanya Ruby lagi, sembari membenarkan letak kacamatanya. Ia berharap cowok di hadapannya itu mengijinkannya untuk duduk di sana.

Cowok itu mengangguk, membuat senyuman muncul dari bibir gadis itu."Makasih, Kak."

"Sama-sama." Balasan singkat cowok itu, membuat Ruby senang. Setidaknya, orang itu masih menghargai dirinya.

"Aku sering liat Kakak di sini, suka baca buku juga, ya?" tanya Ruby, matanya sekarang beralih menatap nametag di seragam cowok itu. Randy Saputra.

"Salam kenal ya, Kak Randy." Ruby mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Iya." Lagi-lagi jawaban singkat yang terlontar dari bibir cowok itu. Kakak kelas Ruby.

Setelah itu, baik Ruby maupun Randy sama-sama diam. Karena, mereka sibuk dengan kegiatan membacanya masing-masing.

***

Pulang sekolah, Abyan memutuskan untuk mencari tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran. Karena, banyak hal yang ada di otaknya sekarang. Ia sulit untuk memecahkan masalah yang ada dengan cepat. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk mengalihkan perhatian kepada hal yang bisa membuatnya sedikit tenang. Tidur.

Abyan berjalan menuju suatu tempat, yang ia yakin bisa untuk tempat beristirahat. Langkah kaki cowok itu, tanpa terasa membawanya ke sebuah ruangan sepi. Mungkin bisa dibilang masih sepi, karena sebenarnya ruang itu sering dipakai oleh salah satu ekstrakurikuler siswi Cahaya Gemintang. Ruang Dance.

Ia membuka perlahan pintunya, lalu berjalan menuju pojok ruangan itu. Ia merebahkan tubuhnya di sana, berusaha memejamkan mata.

Baru saja sekitar sepuluh menit ia bisa terlelap, ada seseorang yang menganggu waktu istirahatnya.

"Woi... Tukang tidur ngapain lo di sini? Hei... Bangun...." kata gadis itu, sedikit berteriak di dekat telinga Abyan.

Akan tetapi, Abyan tidak menghiraukan gadis itu. Ia masih betah dengan mata terpejamnya. "Sumpah ya, lo pengen banget gue pukul kepala lo pake sepatu, ya? Buruan bangun!"

Cowok itu sedikit membuka matanya, lalu mulai mengeluarkan suaranya.

"Jangan teriak-teriak bisa, nggak? Telinga gue bisa rusak denger suara fals lo itu."

"Wah... Beneran minta ditimpuk nih cowok. Buruan bangun dan pergi dari sini." Lathea sudah tidak tahan dengan kelakuan cowok di depannya itu.

"Denger ya, Titanium gebetannya si KETOS yang sok berkuasa, jangan ganggu gue!"

"Lo buta! Ini ruang dance bukan kamar, kalo lo mau tidur mending ke UKS atau hotel aja sekalian." Kekesalan Titania sudah tidak bisa dibendung lagi,"Dan satu lagi, jangan sangkut pautin gue sama Kenno. Gue bosen!"

"Bosen? Karena lo belum pernah ngerasain yang namanya dijauhin sama dia, kalo dia menjauh pasti lo bakalan kelabakan. Kangen." Dengan percaya diri Abyan mengatakan hal yang semakin membuat Lathea kesal.

"STOP! Mending sekarang lo pergi!" teriak Titania, sembari menunjuk Abyan untuk keluar dari ruangan itu.

"Oke. Dengan senang hati, masih banyak tempat yang nyaman dan bisa buat tidur selain di sini kok," kata Abyan santai, sembari bangun lalu pergi meninggalkan Titania.

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now