[14] Kepedulian

52 11 62
                                    

***

Perasaan tidak bisa dipaksakan, kepada siapa akan berlabuh. Hanya hati yang bisa memilih kemana arah tujuan pelabuhan cintanya.

***

Ruby sekarang sudah beristirahat di kamarnya, setelah menghabiskan waktu bersama Zhafran. Ia mengingat, bahwa mendapat paket misterius lagi. Gadis itu mengambil benda itu, membuka amplop itu.

"Seperti biasa, isinya CD lagi. Kali ini, aku langsung nonton video apa yang ada di dalam benda ini," kata Ruby, memasukan kepingan CD itu.

Detik demi detik video itu mulai berputar, Ruby sudah fokus memperhatikan interaksi orang yang ada di dalam video itu.

Mata Ruby melebar saat perlahan dengan jelas melihat siapa sosok laki-laki yang bersama dengan wanita yang mirip dengan Mamanya di dalam video itu.

"Om Hendra? Ini nggak mungkin, pasti ada yang mau fitnah Mama sama Om Hendra," kata Ruby yang masih melihat adegan di video itu.

Saat masih memperhatikan dan memikirkan kemungkinan yang ada, ia mendengar suara motor di halaman rumah itu.

Tanpa sadar, Ruby bangkit lalu ia mengintip sambil membuka tirai dari jendela kamarnya. Ia penasaran, apakah itu suara motor Abyan atau bukan. Dan ternyata benar. Awalnya ia lega, namun entah kenapa saat melihat dengan siapa cowok itu sekarang membuatnya semakin penasaran. Padahal, ia tahu bagaimana hubungan kedua orang itu. Persahabatan mereka sangat erat, walaupun akhir-akhir ini sedikit merenggang. Akan tetapi, sekarang sepertinya sudah mulai membaik.

"Langsung istirahat, Rhe." Abyan tersenyum, sembari mengelus rambut Rhea. Sahabatnya.

"Iya, By. Lo juga, jangan begadang," kata Rhea tersenyum.

"Gue nggak suka begadang," Senyum Abyan terus terpancar, cowok itu seakan menunjuk bila dirinya sedang bahagia.

Rhea melangkah pergi, meninggalkan Abyan dengan melambaikan tangan. Interaksi itu tak luput dari penglihatan Ruby. Gadis itu bahagia melihat Abyan bisa tersenyum setulus itu, namun ia takut itu hanya sementara.

Ingin rasanya mengatakan bahwa dia mengkhawatirkan perasaan cowok itu. Entah kenapa, ia tak rela melihat Abyan merasakan sakit. Namun, gadis itu tak mau ikut campur terlalu dalam dengan kehidupan cowok yang beberapa hari ini sudah mulai masuk dalam hidupnya. Karena, Abyan sudah memperingatkan dirinya untuk tidak mengurusi hidup cowok itu.

Semoga ini yang terbaik buat Kak Abyan.

Ruby kembali fokus dengan paket yang ia terima. Ia mengambil catatan kecil yang selalu ada di setiap kiriman paket itu.

Mamamu adalah wanita pengganggu rumah tangga orang. Tunggu saja, kamu juga akan terkena imbas atas kelakuannya. Bau busuk akan tercium juga, walaupun sudah disimpan seperti apapun. Ingat itu!

~HK~

***

Pagi hari, Ruby memutuskan untuk pergi ke sekolah menggunakan ojek online agar tidak merepotkan Abyan. Baru saja sampai di kelas, ia langsung disambut dengan senyuman oleh Deka. Cowok yang kemarin dia obati.

"Ka, kamu udah baikan, ya?" kata Ruby, duduk di bangku depan teman sekelasnya.

"Udah, By. Makasih ya, padahal kita belum kenal lama. Bahkan, kita sebelumnya jarang mengobrol," kata Deka tersenyum, "kita kan sekelas, aku nggak mungkin ngebiarin temen terluka. Lain kali hati-hati dan jaga diri ya, Ka."

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now