[16] Keputusan

50 8 48
                                    

***

Kita tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Sang pencipta.

***

Pagi hari, Abyan sudah sampai di area parkir Cahaya Gemintang. Ia memang tidak terbiasa berangkat sepagi ini. Tadi ia sudah berpamitan dengan Rigel dan mengucapkan terima kasih, lalu ke sekolah. Sekarang ia sudah berada di atap salah satu gedung sekolah Cahaya Gemintang.

Ia mencoba menghirup udara pagi, yang masih asri dan segar. Jarang-jarang ia bisa seperti ini. Cowok itu mengambil ponsel dan earphone, lalu meletakkan di telinganya. Ia ingin suasana tenang, untuk menetralkan pikiran.

Sudah lama, ia ingin melakukan hal seperti ini. Akan tetapi, biasanya ia langsung tertidur beda dengan sekarang. Tatapan matanya mengarah ke lapangan yang cukup luas, satu persatu murid berdatangan. Karena, waktu terus berjalan. Pagi menjadi siang.

Ia melihat ada beberapa siswa yang menggunakan kendaraan pribadi yang cukup mewah. Hatinya tercubit, dulu ia beberapa kali ditawari kemewahan namun menolak. Dia memang tidak mau memamerkan hartanya. Karena, itu tidak akan mengubah kebahagiaan yang ia punya.

Motor sport yang ia miliki adalah hasil dari kerja kerasnya. Ia mengumpulkan uang dari uang hasil pemotretan selama ini. Abyan tidak mau terlalu mengandalkan orang tuanya lagi.

Ia dan kedua sahabatnya yang tergabung dalam 3RAP tidak pernah mengandalkan kekayaan dari orang tua. Mereka bertiga mempunyai penghasilan dari pekerjaan yang masing-masing.

"Kak Abyan ada titipan dari Tante Maya," kata seseorang menepuk bahu Abyan, membuyarkan lamunan cowok itu.

Abyan melepaskan earphone dari telinganya.

"Buang aja, gue nggak butuh itu," kata Abyan, menunjuk kotak makanan yang ada di tangan Ruby.

"Tapi—" kata Ruby, mencoba sabar menghadapi sikap Kakak kelasnya itu.

"Buang gue bilang! Ruby Aurelia Putri, lo nggak usah sok baik sama gue!" kata Abyan, menatap tajam ke arah gadis itu.

"Nggak usah bentak aku bisa, Kak? Aku cuma nyampein titipan doang, kok. Kalo gitu aku permisi." Ruby membalikan badan, meletakkan kotak bekal itu di sebelah Abyan.

Dengan cepat, cowok itu langsung menendang benda itu sejauh mungkin dari dirinya.

***

Setelah pergi meninggalkan Abyan, Ruby melakukan tugas dari Ibu Kepala Sekolah Cahaya Geminta untuk memanggil Rania. Kakak kelasnya. Katanya ada sesuatu hal yang perlu dibicarakan kepada gadis itu.

Ruby masuk ke kelas Rania, di sana masih belum banyak siswa maupun siswi datang. Gadis itu melihat Kakak kelasnya itu sedang terdiam, seperti ada masalah yang berat.

"Kak Rania disuruh ke ruang Kepala Sekolah. Kata Bu Anya ada yang mau dibicarakan sama Kakak," kata Ruby duduk di bangku sebelah Rania.

"Makasih," balas Rania singkat, "Kakak ada masalah? Kalo iya, bisa cerita sama aku. Tentang aja aku bukan orang yang suka nyebarin curhatan orang,"

Rania menatap adik kelasnya itu, ia berpikir sepertinya tidak salah bila sedikit menceritakan masalahnya.

"Tapi kalo nggak mau nggak apa-apa, aku duluan ya, Kak," kata Ruby bangkit dari duduknya hendak pergi namun Rania menahannya.

"Tunggu sebentar," kata Rania kepada Ruby. Gadis itu mengangguk. Dengan jelas Rania menceritakan garis besar masalahnya.

"Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, jadi kita harus berusaha menyelesaikan itu. Kak Rania pasti bisa, semangat, Kak. Gimana sekarang, Kak?" kata Ruby tersenyum.

By Love [Re-Publish] [Completed] Kde žijí příběhy. Začni objevovat