[09] Tatapan

48 12 30
                                    

***

Dari tatapan matanya, aku bisa melihat ada banyak luka yang dia tutupi.

***

"Kak Elang? Sori ya, dia pasti nggak sengaja nabrak lo," kata Abyan, tersenyum berusaha mencairkan suasana. Ia tak menyangka, bila Ruby akan melakukan hal seceroboh itu setelah keluar dari ruang kerja Hendra.

"Nggak apa-apa," balas cowok itu, yang sudah saling mengenal satu sama lain dengan Abyan.

"Kak Elang ada urusan di sini?" tanya Abyan, Ruby hanya diam memperhatikan interaksi antara Abyan dan Elang.

Elang hanya mengangguk, tatapannya beralih ke arah Ruby. Seolah menanyakan siapa Ruby kepada Abyan.

"Hm... Dia...." kata Abyan memperhatikan sekitarnya, sekarang matanya melihat dua orang yang berjalan ke arahnya. "Dia PACAR gue, Kak," Abyan seraya menekankan satu kata, seperti mengisyaratkan sesuatu.

Lagi-lagi Elang hanya mengangguk, berbeda dengan dua orang yang tepat baru saja sampai di hadapan Abyan. Mereka terlihat kaget, namun berusaha menutupi rasa itu.

"Elang? Pasti lo ke sini mau bahas kerjasama bisnis bareng Papa gue, ya?" kata Zhafran, tersenyum namun sedikit melirik ke arah Abyan dan Ruby.

"Iya, Kak." Balas singkat Elang.

"Masih dingin aja sih, nanti nggak punya pacar. Masa kalah sama gue dan Abyan," kata Zhafran.

"Pacaran nggak selalu harus diumbar, Kak." Elang sedikit menyinggungkan senyum, lalu berjalan meninggalkan Zhafran, Abyan, Ruby, dan Rhea.

Abyan yang mendengar kalimat itu langsung tersenyum, tidak ada rasa tersinggung sama sekali. Ia tahu, memang sebuah hubungan tak selamanya harus ditunjukkan kepada khalayak umum. Sepertinya, Elang memang mengungkapkan apa yang sedang ia alami. Abyan bisa melihat dari tatapan cowok itu.

"Lo udah mulai bantu Papa, By? Semangat bekerja, ya," kata Zhafran tersenyum ke arah Adiknya itu.

Abyan hanya diam, sekarang tatapannya beralih kepada Rhea yang sedari tadi hanya diam.

"Semangat ya, By. Kalo butuh bantuan bisa bilang ke gue atau Kak Zhafran," kata Rhea tersenyum manis ke arah sahabatnya itu, ia senang melihat Abyan mau datang ke kantor orang tuanya.

"Thanks tawarannya, Rhe. Gue punya partner sendiri, jadi nggak butuh bantuan kalian berdua. Gue duluan...." Abyan melangkah pergi, Ruby tersenyum ke arah Zhafran dan Rhea. Ia tahu, apa yang harus dia lakukan.

Rhea menyunggingkan senyum melihat kepergian sahabatnya itu. Walaupun, dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal. Namun, ia pikir itu wajar bila Abyan sekarang tatapannya berbeda saat bertemu dengannya.

Gue seneng Abyan bisa berubah. Dia mau bantuin Papanya lagi, setidaknya ada peningkatan untuk bisa memperbaiki hubungannya yang renggang. Meskipun, hubungan gue sama dia yang merenggang karena keegoisan dan ketakutan gue.

***

Abyan terlihat diam saja sejak keluar dari gedung pencakar langit milik Papanya. Ia memang masih di area itu, namun sekarang dia berada di parkiran. Rasanya kesal, ingin marah bila bertemu dengan Hendra. Karena, banyak luka yang membekas sangat dalam pada Abyan. Memang buka luka yang terlihat, akan tetapi itu tidak mudah dilupakan.

"Sabar, By. Gue tahu lo kuat, inget kata-kata gue semua pasti ada jalan keluar. Nikmati aja dulu alurnya, karena akan indah pada waktunya." Ucapan seseorang itu, membuat Abyan melirik kanan dan kirinya. Lalu, ia menemukan seorang cowok yang sedang duduk di balkon lantai 2 kantor Hendra.

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now