[18] Pertunjukan

53 10 135
                                    

***

Ada saatnya kita harus menjadi diri sendiri, walaupun itu hanya dalam drama.

***

"Tadi Ruby liat kita berdua, By? Kejar dia gih, dia pasti salah paham," kata Rhea.

Abyan hanya diam, pikirannya bercabang. Rhea yang gemas, karena tidak mendapat respon dari sahabatnya itu.

"By, kejar Ruby. Dia kan pacar lo, kalo sampai salah paham gue nggak enak sama dia," kata Rhea, mencoba menarik Abyan untuk bangkit.

"Ngapain sih, Rhe? Dia nggak akan cemburu, karena cintanya bukan buat gue tapi untuk mantan lo," kata Abyan, membuat Rhea membulatkan matanya. Ia kaget, mendengar pernyataan dari cowok itu. Karena, ia tak menyangka baru mengetahui fakta itu sekarang.

"Tetap aja, status kalian masih pacaran. Lo harus bisa kasih penjelasan tentang kejadian tadi," kata Rhea.

"Biarin aja, dia pasti ngerti karena gue suka sama lo," kata Abyan, refleks mengucapkan kalimat yang selama ini ia tahan.

"Udah malam, By. Mending lo pulang, sebenarnya gue masih tetap ngarep lo mau jelasin ini ke Ruby. Biar nggak ada kesalahpahaman." Rhea berusaha tak memedulikan perkataan Abyan.

Abyan bangkit, lalu cowok itu melangkah pergi dari rumah Rhea.

***

Beberapa hari kemudian, tepatnya sekarang adalah hari di mana pertunjukan drama Cinderella diadakan. Suasana sekolah Cahaya Gemintang sudah sangat ramai. Terutama di ruang Auditorium. Beberapa orang penting sudah hadir di sana. Banyak undangan yang disebarkan untuk sekolah lain untuk ikut menonton pementasan drama itu.

Ruby sekarang berada di ruang ganti, ia sudah siap menunjukan bakat aktingnya. Namun, ia masih butuh membaca ulang naskah drama untuk memantapkan kualitas akting. Ia mencari naskah miliknya, akan tetapi ia sama sekali tak menemukan itu. Keadaan ruangan itu juga sepi. Ia memang sudah hafal. Hanya saja, ia takut karena kegugupan yang dirasa akan membuyarkan semua dialog yang ada di dalam naskah drama itu.

"Cinderella nyari naskah dramanya, ya?" kata seseorang dari arah pintu, cowok itu bersandar di dinding sebelah pintu. Tersenyum menyeringai, sembari menunjukan naskah drama Ruby ditangannya. Ruby bisa menebak akan terjadi sesuatu yang tidak enak di sana.

"Kak Abyan ngapain di sini?" tanya Ruby.

Lagi-lagi Abyan hanya membalas dengan senyuman iblisnya. Cowok itu mulai melangkah, mendekati Ruby yang masih mencoba mengajaknya berbicara.

"Lo mau naskah drama ini gue balikin?" kata Abyan, Ruby mengangguk,"tidak segampang itu,"

Sekarang posisi mereka saling berhadapan, Abyan sedikit mendekatkan wajah ke wajah Ruby. Diam-diam Ruby menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Ketika Ruby mencoba memberanikan menatap kakak kelasnya itu, tangan Abyan dengan gesit mengambil kacamata milik gadisnya.

"Cinderella nggak pake kacamata, jadi mari kita buat pertunjukan drama ini semakin seru," bisik Abyan, membuat bulu kuduk Ruby merinding.

"Kembaliin kacamatanya, Kak. Penglihatanku nggak jelas tanpa itu," kata Ruby, sedikit memohon kepada Abyan. Namun, itu ternyata percuma karena cowok itu tak mempedulikan permintaan Ruby.

"Gue bakalan kembaliin ini, asal lo jadi diri sendiri di drama ini. Lagian mata lo normal, ini bukan kacamata minus," kata Abyan, Ruby kaget mendengar perkataan cowok di depannya itu.

"Maksudnya gimana, Kak? Jadi diri sendiri? Aku nggak ngerti," kata Ruby, membuat Abyan tersenyum sini sekarang."Bukan nggak ngerti, tapi lo berusaha jadi orang lain selama ini. Kita bikin perjanjian aja gimana?"

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now