She's Gone

679 78 61
                                    

'Aku mengerti apa yang kau rasakan karena aku juga merasakan hal yang sama, itulah sebabnya aku memintamu untuk membagi rasa sakitmu padaku. Kita lawan rasa sakit ini bersama.'

Pria itu tersadar ketika sebuah tangan menepuk bahunya membuat dia kembali ke alam nyata. Dia memandang bingung seorang pria yang berdiri dihadapannya dengan mata serta hidung merah, matanya basah seperti orang menangis. Dia masih bingung dengan apa yang terjadi, melihat sekitar yang mulai ramai dengan orang berpakaian serba hitam seperti sedang berduka, lalu kembali dengan seksama memperhatikan sekitar yang terlihat seperti rumah duka?

Benarkah dia sedang berada di rumah duka? Lalu siapa?

Sampai kedua bola matanya berhenti tepat dipeti mati persis dihadapannya, lebih tepatnya di belakang pria yang menepuk pundaknya tadi, beberapa orang memberi penghormatan terakhir di samping peti yang dihiasi banyak bunga kesukaan dari perempuan itu.
Disana ada foto seorang perempuan tersenyum manis kepadanya, terlihat bahagia tanpa merasa bersalah karena meninggalkannya.

Perasaan rindu itu muncul. Ingin sekali memeluknya.

"Hyung, temanmu sudah datang." Suaranya bergetar menahan diri sekuat mungkin untuk tidak menangis.

"Hah? Oh, iya..." Balas Yoongi linglung.

Yoongi berdiri tanpa tahu harus melakukan apa demi menyambut rekan satu grupnya saat masih muda dulu, teman yang sudah seperti keluarga baginya. Dia tidak tahu, sangat bingung, harus menunjukkan ekspresi seperti apa pada teman-temannya. Sebab, dia sudah terlalu lelah menangis.

Satu persatu temannya masuk memberi penghormatan terakhir pada seorang perempuan yang sangat dekat dengan mereka, tidak ada yang tidak menangis. Semua teman Yoongi menangis di hadapan foto perempuan itu, mereka juga kehilangan sosok ceria ini.

Setelah mereka melakukan tradisi pada seseorang yang telah meninggal, semuanya menghampiri Yoongi, segera memeluk erat memberi semangat juga ikut larut hingga kembali menangis. Mereka prihatin saat melihat wajah Yoongi yang jauh dari kata baik-baik saja. Tidak ada gairah hidup terpancar dari wajahnya, kusam, mata bengkak menjadi pelengkap kesedihannya atas kehilangan istri yang sangat dicintainya.

Mereka tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada mereka.

"Hyung, aku tidak yakin kalimat penghibur apa yang bisa membuat hatimu menjadi lebih baik, aku merasakan kehilangan yang sama denganmu. Tapi, kau harus tetap hidup demi Yoora." Namjoon yang bijak pun tidak bisa memberikan kalimat penyembuh untuk Yoongi.

"Jangan khawatir." Balas Yoongi berusaha tersenyum.

Melihat hal itu Jimin tak tahan lalu kembali memeluk Yoongi dan menangis disana, sangat menyakitkan melihat seseorang berkata baik-baik saja padahal yang terjadi sebenarnya dia sangat terluka dan hancur.

Jimin merasakan punggungnya ditepuk agar tangisannya mereda. Bukannya menguatkan Yoongi dia malah merepotkan Yoongi agar tidak lagi menangis. Ini adalah raut paling kelam yang pernah dia rasakan ketika mengenal Yoongi.

Selanjutnya mereka bergantian memeluk dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga yang berduka, setelah itu tetap disana mengikuti prosesi acara pemakaman.

Yoongi dan semua keluarga sepakat untuk membuat pemakaman biasa untuk Sora, mereka sedikit keberatan dengan kremasi. Sebelum mereka beranjak ke tempat Sora akan dimakamkan, Yoongi melihat ayah mertuanya Kang Dae berlutut disamping peti anaknya dan kembali menangis disana. Semua orang yang ada di ruangan tersebut tak tahan melihat betapa kehilangannya Kang Dae pada putri kesayangannya.
Ayah kandung dari Sora itu tak berhenti menangis sembari memanggil nama putrinya, masih berusaha memanggil berharap sang putri akan menjawab panggilannya. Tak beda jauh dengan ayah mertua, ibu mertua Yoongi jauh lebih menyedihkan. Kang Sora berulang kali pingsan menghadapi kenyataaan dihadapannya, sekarang kondisinya sedang terduduk lemas ditemani oleh Kyu Ri, dia juga tak berhenti menangis. Terakhir, kondisi sang adik, Han. Sembari menggendong Yoora terlelap karena lelah--gadis kecil itu ikut menangis karena melihat ibunya--tangannya tak berhenti menghapus air matanya.

Lalu bagaimana dengan Yoongi?

Untuk mendekat ke petinya saja dia tidak sanggup, tidak sanggup melihat tubuh istrinya terbujur kaku bersama dengan anak yang dinantikannya selama ini, dia kehilangan istri dan anaknya sekaligus. Air matanya sudah kering tak mampu lagi keluar seperti orang lain lakukan,

Entah kekuatan dari mana yang datang menghampirinya, dia berdiri berjalan lemas kearah peti sang istri lalu berlutut disana. Tangannya mencengkram kuat pinggiran peti, menundukkan kepalanya, kembali mengumpulkan kekuatan agar bisa melihat wajah Sora. Dia mengangkat kepalanya perlahan, tanganya merayap pelan agar bisa menggenggam istrinya.

Tidak ada respon.

Sora terlihat damai.

Sungguh, Yoongi sangat tidak ingin menangis, air matanya kembali mengalir tanpa dia minta, tanpa dia sadari, bulir itu lolos begitu saja tanpa peringatan. Yoongi membenci dirinya sendiri yang lemah dihadapan Sora, dia tidak mau Sora tidak tenang karena tangisannya, atau Yoongi belum sepenuhnya ikhlas dengan kepergian istrinya yang tidak pernah disangka-sangka.

Tiba-tiba dia sulit bernapas, dadanya seperti ditekan kuat, dia tidak tahan dengan rasa itu, tangannya bergetar ketika menyentuh pipi dingin Sora.

"Maaf."

Pecah. Tangisnya pecah.

Bahkan semua orang yang menyaksikan adegan itu ikut hanyut dalam kesedihan Yoongi, suara isakan terdengar jelas mengisi ruangan. Beberapa orang memilih keluar ruangan karena tak sanggup melihat kepedihan Yoongi.

"Maaf. Aku tidak bisa menjaga kalian. Maaf, tidak bisa menjadi suami dan Appa yang baik untuk kalian. Dan, maaf, aku harus melepas kalian. Walaupun aku tidak yakin bisa melalui sisa hidupku dengan baik. Maaf..."

Lagi, isak tangis itu tak kunjung berhenti, sumpah demi apapun Yoongi tidak ingin menangis, semua terasa berat baginya.

"Selamat tinggal, Sayang..." Bisiknya diatas wajah Sora lalu mengecup lama dahi sang istri sebagai salam perpisahan, untuk yang terakhir.

Lutut Yoongi bergetar saat ingin berdiri, bahkan bumi pun seperti memberi gravitasi lebih pada lututnya agar tidak pergi meninggalkan Sora. Tidak mungkin dia terus larut dalam kesedihan. Tanpa ragu dia menopang tubuhnya, memghapus semua air mata yang ada diwajahnya, lalu pergi menjauh dari Sora, membawa Yoora dalam dekapannya, lalu berdiri tegak berusaha tegar agar tidak terlihat lemah dimata anaknya.

Walaupun sebenarnya dia hancur.

🍁🍁🍁


Halo!

Aku....
Paling sedih di semua bagian, tadinya ngantuk ngetik ini, kenapa tiba² jadi nangis 😭😭😭😭

Au ah gelap 🤧

Drop komen kalian, berasa gak sedihnya sama kalian, kalo gak, maaf ya 🤧🤧

Sayang kalian semua ❤❤❤❤❤

Min's Love ✔Where stories live. Discover now