Epilog

2.4K 169 24
                                    

Mohon doanya yaaa. Dalam waktu dekat, aku bakal menjalani operasi. Semoga operasinya bisa berjalan dengan lancar, supaya kita bisa ketemu lagi di cerita selanjutnya!

 Semoga operasinya bisa berjalan dengan lancar, supaya kita bisa ketemu lagi di cerita selanjutnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakti melangkah dengan penuh kepastian. Dia meninggalkan kamar dan segera bergabung dengan keluarganya di meja makan. Meskipun sekarang mereka sudah dewasa, seragam sekolah sudah berganti dengan baju kerja, tetapi Sakti tidak pernah melupakan kebiasaan kecilnya saat bertemu Bunga di meja makan. Sembari menarik kursi, dia mengacak-acak rambut sebahu Bunga, sampai pemiliknya melirik Sakti tajam.

"Rambut gue susah di-blow, Kak! Lo malah acak-acak seenaknya! Berantakan lagi, nih! Gue buru-buru!" cerca Bunga sembari membereskan rambutnya. Sekarang, dia seorang model, harus menjaga penampilan. Terlebih, saat ada pemotretan seperti pagi ini. Sialnya, Sakti selalu menjadi perusak penampilan Bunga. "Begini balasan lo setelah gue bantu pameran lo? Dih, bikin rugi doang!"

"Gue udah transfer uang jasa lo," imbuh Sakti mulai mengoleskan selai kacang untuk rotinya.

Wajah cemberut Bunga berubah menjadi semringah seketika. Dia langsung membuka ponsel, memeriksa kebenaran ucapan Sakti. Bibirnya langsung tertarik lebar saat melihat nominal saldo di tabungannya bertambah. Kemudian, dia tersenyum kuda. "Hehe ... udah masuk. Makasih, ya, Kak. Gue doakan semoga rejeki lo makin lancar."

Pak Hilman geleng-geleng kepala melihat tingkah 2 anaknya itu. Sebentar bertengkar, sebentar damai. Kadang, perseteruan mereka membuat kepala Pak Hilman terasa mau pecah. "Hari ini jadwal kamu apa, Sak?"

"Sakti ada meeting pagi, sih, Yah. Mengenai tindak lanjut buat pembangunan rumah susun. Doakan semoga lancar, ya, Yah."

"Iya, ayah pasti doakan. Ayah juga percaya, kamu pasti bisa." Pak Hilman tersenyum, berusaha memberikan kekuatan untuk Sakti. Beliau sangat percaya pada putra sulungnya. Karena sudah 2 tahun Sakti mengambil alih perusahaan, dia tidak pernah mengecewakan ayahnya sama sekali. "Nanti siang Ayah mau nge-gym sama Om Yusuf, mumpung dia lagi libur."

Bunga menoleh, kemudian berkata, "jangan yang berat-berat, Yah. Pegang alat yang gampang-gampang aja. Ingat, nge-gym itu buat bikin sehat, bukan buat bikin otot. Yang terpenting buat Ayah saat ini kesehatan, bukan penampilan."

"Iya, iya," pasrah Pak Hilman.

Bukan tanpa alasan Bunga berkata demikian. Rencana Pak Hilman untuk membentuk kotak-kotak di perutnya bocor beberapa hari yang lalu, gara-gara Bi Minem.

Selesai sarapan, Sakti berpamitan untuk pergi ke kantor. Dia mampir ke salah satu studio untuk mengantarkan Bunga terlebih dahulu. Dan sekarang, dia sedang di perjalanan, siap untuk memulai hari dengan penuh harapan.

Lun, aku gak pernah tahu apakah perjalanan hidup aku masih panjang, atau tinggal beberapa hari lagi. Tapi, yang jelas, aku akan selalu memberikan yang terbaik untuk setiap hari yang aku lewati. Tentu tanpa melupakan fakta bahwa hidup ini harus dinikmati.

Amaranthine [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang