12

11 2 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Masih di acara pesat ulang tahun rena, dengan agra yang berada di gendongan aksa dan anggi yang berada di samping aksa.

"gi pegel nih tangan gue, gantian dong" pinta aksa.

"ya udah siniin agra" balas anggi dan mengambil agra dari gendongan aksa.

Anggi mulai menidurkan anak itu di gendongannya.

"sa udah malem ni, anterin pulang yuk" pinta anggi melihat suasana acara yang sudah hampir selesai.

"iya, bentar gi" sahut aksa.

"ya udah tolong cariin kak ririn dong, agra udah tidur ni" sahut anggi pelan takut agra terbangun.

"iya bentar gue carik kk ririn dulu, sekalian aja ikut nyarik biar langsung kasik agra ke kak ririn" ujar aksa pada anggi.

Setelah mencari keberadaan ririn, akhirnya mereka menemukan ririn di salah satu tempat duduk di pokok restoran itu bersama ali--suaminya.

Aksa dan anggi segera menghampiri mereka berdua.

"kak, agra tidur nih" ujar aksa pada ririn.

Anggi memberikan aksa yang berada di gendongannya pada ririn dengan pelan karena takut agra bangun dan menangis.

"kalian berdua mau kemana abis ini?" tanya ali--suami ririn.

"mau anterin nenek sihir pulang dulu bang, takutnya ntar dia ngamuk-ngamuk" canda aksa

"nenek sihir? maksudnya anggi?" tanya ali kembali.

"iya lah bang siapa lagi kalok bukan dia" sahut aksa santai.

"anggi kok mau sih sama aksa yang kayak gitu" cibir ririn.

"mau gimana lagi kak, dia yang ngejer ngejer dulu kasian kan kalok gak diterima" sahut anggi mengejek aksa.

"gini gini banyak yang mau, awas lo kangen tar kalok gak ketemu Gue" cibir aksa tidak terima dengan perkataan anggi.

"gak bakal" sahut anggi ketus.

"awas kemakan omongan sendiri" cibir aksa kembali.

"kok jadi debat sih kalian" kini ririn menengahi perdebatan keduanya.

"lagian jelmaan nenek sihir aja yang mulai duluan" sahut aksa.

"udah sa, masak gitu ngomongnya" balas ririn.

"udah sana anter anggi pulang, ntar kemaleman"  suruh ririn

"abis itu pulang, jangan ngeret kemana mana" lanjutnya.

Setelah berpamitan pada kedua orang tua aksa, anggi diantar aksa pulang menggunakan mobil.

Di perjalanan aksa merasakan penyakitnya kambuh dan kepalanya yang pening.

"sa, lo kenapa kok pucet gitu mukanya?" tanya anggi khawatir.

"gue gak papa kok" ujar aksa agar anggi tidal khawatir.

"tapi muka lo pucet sa, gue aja sini yang nyetir kalok lo sakit" pinta anggi makin khawatir.

"udah biar gue aja, lagian gue gak papa kok. Masak lo sih yang nyetir, udah biar gue aja. Lo itu tanggung jawab gue soalnya orang tua lo udah percaya sama gue buat jaga lo" sahut aksa panjang lebar.

"ya udah nyetir mobilnya pelan pelan aja sa" peringat anggi melihat wajah aksa yang pucat.

"iya tenang aja" balas alsa santai.

Aksa menahan rasa sakit yang bergejolak di tubuhnya.

Sebenarnya anggi menyadari ada sesuatu hal yang aksa tutupi darinya sedari kemarin, hanya saja anggi tidak ingin memaksa aksa untuk bercerita. Anggi juga akhir akhir ini sering melihat wajah aksa pucat.

Tidak berapa lama di perjalanan, anggi dan aksa kini tiba di salah satu komplek perumahan yang tetbilang mewah. Aksa berhenti di salah satu rumah dengan desain yang kesannya minimalis namun mewah. Yaps benar itu adalah rumah anggi.

"sa langsung pulang aja ya, ini udah malem" suruh anggi pada aksa.

"tapi gue belum pamitan sama orang tua lo" sahut aksa.

"udah pulang aja sana, nanti biar gue yang bilangin lo langsung pulang jadinya gak sempet masuk" ujar anggi pada aksa.

"ya udah kalok gitu titip salam sama mama papa lo" balas aksa.

"pulang sana, inget gak usah kemana mana, langsung pulang" peringat anggi.

"iya bawel" sahut aksa singkat.

Aksa kini sudah beranjak dari kediaman anggi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat dirasaudah jauh dari komplek perumahan anggi, aksa egera menepikan mobilnya. Ia mencari obat di dasboard mobil. Aksa menemukan obat yang ia cari dan langsung meminumnya untuk mengurangi rasa sakit yang bergejolak. Kepalanya terasa pening akhir akhir ini.

Setelah meminum obat tersebut, aksa segera melanjutkan perjalanan pulang. Hanya saja kepalanya masih saja terasa pening hingga ia samapi di rumah.

Aksa memarkirkan mobil di garasi dan langsung masuk menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada orang tua serta kakak aksa, tidak lupa agra, keponakan aksa yang sedang asyik bermain.

"baru pulang sa" ujar papi aksa melihat kedatangan aksa.

"iya pi, tadi abis nganterin anggi pulang" tukas aksa.

"sa kok mukak kamu pucet gitu" tegur rena.

"aksa udah minum obat kok tadi mi" sanggah aksa.

"tapi muka kamu pucet sa" ujar rena khawatir.

"aksa gak papa mi" balas aksa sembari tersenyum menutupi rasa sakitnya.

"aksa langsung istirahat aja kalok gitu" pamit aksa dan langsung meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya.

"kol kepala gue makin pening sih, padahal tadi gue udah minum obat" ujar aksa bermonolog dengan diri sendiri.

Aksa tidak ingin menjadikan penyakitnya beban, malah aksa selalu terlihat kuat.

"ah udahlah positif thinking aja, ntar lagi paling berenti" batinnya.

Trio somplak

Reno : woii kok sepi amat sih ni gc, kayak kuburan aja

Andi : bacot lo, kalah kalah cewek.

Reno : uhhh abang andi muncul

Andi : bacot

Aksa : ribut lo pada, banyak bacot.

Aksa segera menutup handphone miliknya dan bersiap untuk tidur. Aksa sengaja cepat tidur, mengingat kepalanya yang terasa pening.

----

Apa yang akan terjadi pada aksa selanjutnya??

Apa penyakit aksa makin parah?

Happy Reading

Jangan lupa tinggalkan jejak

Kamis, 3 desember 2020

Don't Disappear, please! (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang