[HTMO] 27 - The day after

445 96 27
                                    

Angin cukup berhembus kencang sejak tadi pagi. Bukan lagi berawan, sudah mendung sejak semalam. Membuat Biya terlalu malas untuk menggerakan tubuhnya dan bersiap ke kantor.

Kemeja abu - abu menunjang penampilannya ke kantor hari ini. Tapi sayang, hujan turun cukup deras, membuatnya menunda keberangkatannya ke kantor.

Biya melihat jam tangan mungil di pergelangan tangan kanannya. Sudah lebih dari setengah jam. Dia pasti dimarahi karena telat.

Tangannya gemetar, saat dia melihat chat yang dia sematkan di dalam sana. Saat dia membuka chat Dinan, dia kembali menutupnya. Terasa nyeri dan cukup sesak saat melihat ulang tampilan ruang chat mereka berdua.

Biya hanya bisa mengabarkan kepada Renja karena dia akan telat hari ini. Mengingat Dinan akan menemui client yang dianggap cukup penting dan dia tidak bisa menggunakan bantuan lelaki itu. Mau tidak mau akhirnya Biya menggunakan jasa ojek online dengan mobil. Sebenarnya dia sayang sekali jika harus menggunakan mobil, mengingat masih seminggu lagi Biya menerima gajinya, tapi apa boleh buat.

Chat tersemat itu sudah 3 hari berlalu masih berada di paling atas dan dalam jangkauan penglihatannya. Cukup 3 hari yang berlalu, cukup juga dia lalui dengan merindu. Dia bertanya tanya, apa dia salah, karena belum memberi jawaban atas apa yang Dinan tanyakan.

"Biasanya dia tanya, kalau hujan .. aku gimana berangkatnya." Gumam Biya pelan.

"Kenapa nggak gue aja yang mulai chat duluan ya?" Pikir Biya. Penuh keraguan. Dia gengsi, tapi jiwanya penasaran.

Jemmi

Bi, telat?

Biya

Masih di jalan nih..

Jemmi

Nitip tolak angin dong Bi.

Biya

Siap.

Jemmi

Thanks, gue kehujanan tadi soalnya.

Biya

Di loker gue ada handuk Jem, pakai aja.

Jemmi

Nanti aja, kalo lu udah dateng, gue nggak mau buka buka loker orang

Biya

Yaudah, tunggu.

Biya mampir sebentar untuk membelikan pesanan Jemmi. Dia bawa payung di dalam tasnya dan membelikan pesanan Jemmi beserta kopi hangat untuk dirinya. Mobil hitam melaju cukup kencang di depan matanya saat dia berlari kecil menuju kantor. Air itu menyiprat sedikit mengenai bajunya dan sepatunya. Dia berpikir mungkin hari ini jangan menggunakan sepatu dan membawa sendal.

Netranya menyorot saat dia selesai bergumam dengan kejengkelannya barusan. Dia melihat seorang lelaki berlari cepat ke sisi pintu mobil penumpang di sebelahnya dan membukakanya pelan.

Dress kuning bermotif daisy selutut beserta rambut yang digerai panjang dengan postur ideal layaknya proporsi tubuh yang diidamkan semua wanita membelakanginya. Menutup pintu mobilnya perlahan dan berlari masuk ke dalam lobby kantor.

Dia tahu betul, itu Dinan. Tapi jarak pandangnya belum sampai untuk melihat Biya dibelakangnya. Dinan juga meminjamkan jasnya untuk wanita tersebut. Wanita itu masuk bersama Dinan dengan rangkulan yang diberikan.

How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now