[HTMO] 32 - Aira Notes

415 78 16
                                    

Mungkin telat berbicara lebih banyak menyesalnya sebelum banyak bertindak.



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









20 November 2017

Ini adalah hari pertamaku berjalan jalan jalan di depan rumah. Setelah Mamah mengizinkanku untuk keluar. Karena memang kondisiku belum pulih. Kata Mama penyakitku ini akan sembuh suatu hari nanti. Tapi kan itu katanya?

Semenjak remaja, penyakit ini sudah menggerogoti tubuhku sangat keras. Dan dia nggak mau menyerah atas tubuhku. Tetap memakan dan mematikan banyak sel sel dalam tubuhku. Aku harap aku bisa bertahan lebih lama.

Memang perhatian Mama lebih banyak padaku, Ayah juga.

Aira besar dengan hati yang keras dan mandiri. Karena dia memiliki sifat yang jauh berbeda dengan kakaknya. Aku memiliki sifat yang iri, dengki, walaupun aku tau.. aku bisa memiliki semua itu tanpa meminta. Ayah dan Mama selalu berkata Aira akan mendapatkan apa yang Aira inginkan asalkan Aira bahagia.

Tapi saat aku bilang, aku ingin menikahi Mas Tara, mereka diam dan tidak ada yang bisa membantu keinginanku.

Karena aku tau, saat itu Mas Tara lebih kenal dan dekat dengan Biya daripada aku.

Sengaja? Memang.

Aku memang bisa mendapatkan semua yang aku inginkan. Cuma satu hak yang gak bisa aiu dapatkan.

Aku nggak bisa mendapatkan apa yang menjadi milik Biya. Kenapa aku nggak bisa?

Maka dari itu aku memohon sama Ayah dan Mama. Karena aku mencintai Mas Tara dalam diam, dan dari kejauhan.

Dan hatiku sakit, setiap Mas Tara menghampiri Biya, penuh kerinduan. Bisa kuliah dari sorot matanya. Rasa sayangnya sangat banyak sama Biya.

Rasa sayang orang tuaku nggak cukup untuk kuterima dengan itu. Aku nggak bisa hanya tinggal diam saat Biya bahagia dengan sehat dan kesempurnaan hidup yang dia miliki. Sementara aku hanya bisa menghabiskan waktu dengan sia sia. Dengan sisa hidupku yang nggak tau jangka waktunya sampai berapa lama.

15 Juli 2018

Aku dan Mas Tara menikah. Hari itu .. hari saat kami disematkan sebagai sepasang suami isteri untuk pertama kali, aku bahagia. Sangat.

Menjadi seorang wanita yang berhasil mendapatkan lelaki yang sesempurna Mas Tara. Aku tidak mengira bahwa kami akan berjodoh. Walaupun selama dua minggu itu, Mas Tara belum menyentuhku sama sekali. Aku tahu.. bayang bayang adikku masih tertanam didalamnya, maka dari itu Mas Tara belum mencintaiku sepenuhnya.

Walaupun begitu, aku tetap sabar menanti Mas Tara hingga dia bisa mencintaiku.

19 Juli 2019

How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now