[HTMO] 17 - Take off to get.

541 109 43
                                    

Haechan sudah pulang lebih awal, tinggal mereka bertiga yang masih singgah di dalam sebuah Cafe di pinggir jalan. Sebuah kedai kopi yang letaknya di tengah kota. Mengingatkan Dinan tentang letak masa lalunya berada.

"Tara, nggak nyangka gue bisa ketemu disini."

Tara membalas dengan senyum tak ikhlasnya. Dia masih kesal lantaran Biya sedang asik berduaan bersamanya. Di dalam kepalanya sekarang tumbuh praduga praduga yang sama sekali nggak dia inginkan.

"Terakhir, gue sempet ngucapin selamat kan?" Tara melipat dua tangannya angkuh.

"Selamat?"

Dinan merotasi bola matanya berpikir tentang makna "selamat" yang di untaikan Tara untuknya.

"Nyelametin lo waktu kepilih jadi ketua Himpunan." Ketus Tara. Sementara Dinan tak suka nada bicara Tara. Padahal dirinya sudah menyapa sebaik mungkin saat ini.

"Masa lalu bro. Lupain aja. Kita sekarang udah punya jobdesk masing masing kan? Gak perlu saling berlomba lagi kaya kemaren." Sahut Dinan dengan santai. Sementara dirinya sendiri sudah merasakan hawa pertarungan jadi semakin terasa. Padahal itu hanya bagian dari masa lalu mereka.

"Lupain, ck" decih Tara. Dia begitu merasakan dadanya jadi kembang kempis melihat Dinan ada di depan matanya sekarang. Dinan bukan sekedar lawan baginya, bisa jadi seorang musuh mungkin.

Sementara Biya dengan wajah bingungnya hanya manggut manggut saat mereka berseteru. Biya sama sekali tidak tau asal usul mereka bisa berkenalan. Kepala Biya kosong sama sekali, dia tak tau menau tentang pertemuan mendadak malam ini. Es kopinya juga tak ada yang terminum sama sekali, sesekalinya Biya menyeruput, Dinan dan Tara juga ikut melakukan hal yang sama.

"Tara kakak kamu Bi?"

Biya sedikit tersedak saat Dinan menanyakan status mereka. Sementara Tara sama sekali membuang muka pada Dinan. Dia tak mau melihat wajah songong itu lagi menurutnya.

"Kakak ipar,"

Tapi Biya bingung. "Kamu?" Dinan merubah bahasanya tiba tiba, membuat Biya jadi kepikiran nggak karuan.

"Oh cuma kakak ipar."

Bola mata Tara hampir saja jatuh dan keluar dari tempatnya. Dia rasa Dinan terlalu meremehkan status mereka. Tara mengepalkan tangannya. Dinan cukup jago memanas manasi Tara di depan adiknya. Lagipula yang menyerang duluan memang Tara, alhasil Dinan berhasil mengerjainya.

"Sekarang gue tanya, hubungan lo sama Biya apa?" Sengit Tara dengan seluruh netra tajamnya. Kopinya dia singkirkan dan ingin mendengar sendiri dari pihak yang bersangkutan, Dinan.

Dinan menyeruput santai es kopinya. Kakinya dia naikkan ke paha yang satu. Posisi ternyaman Dinan saat ini. Bi, coba jelasin hubungan kita apa?"

Biya yang duduk di sebelah Dinan langsung melirik keberadaan Tara. Dia takut Tara salah menyangka. Tara sendiri semakin geram. Dinan tidak menjawab pertanyaanya melainkan melempar pertanyaan itu kepada Biya, yang membuat jantungnya lebih cepat berpacu dan segera ingin tahu tentang kejelasan status mereka saat ini juga.

"Temen kerja Mas, cuman temen kerja."

Dinan menggiring bola matanya tak nyaman ke hadapan Biya di sebelahnya. Melirik tipis dan sedikit mengangkat bibir tipisnya.

'Lo nggak bisa lebih romantis sedikit kenapa?? ttm gitu' bathin Dinan.

"Oh gitu." Balas Tara. Kemudian beberapa saat menjadi hening. Biya sendiri kebingungan bagaimana melanjuti obrolan buntu yang jika dilanjutkan juga akan menjadi sebuah perseteruan.

How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now