[HTMO] 11 - Truly

560 119 101
                                    

Bicara sedikit, banyak rindunya.








"Assalamuallaikum Mas.." sapa Biya dari layar handphonenya yang cukup dekat. Mereka masih menggunakan layanan Whatsapp via telepon biasa, namun Tara langsung mengalih fungsikannya menjadi Video Call.

 Mereka masih menggunakan layanan Whatsapp via telepon biasa, namun Tara langsung mengalih fungsikannya menjadi Video Call

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kaget ih Mas mah apaan sih!" Gerutu Biya. Biya yang belum sempat merapihkan tatanan wajah dan rambutnya langsung mengoreksi penampilannya secepat kilat.

"Kaya mau ketemu pacar aja harus dandan."

"Iyalah, kan ketemu Mas Tara"

Seketika Biya lupa dengan prinsipnya sekarang.

Apa itu move on?

Eh astagfirullah Biya.

Biya yang masih bengong ngelihatin Tara di depan kamera dengan setengah wajahnya yang tertutup masih tersipu. Sesungguhnya memang dia merindukan kehadiran orang orang di rumahnya. Mamah, Papah, Kak Aira. Dave apalagi.. dan juga Masnya yang satu iti.

"Kabar kamu baik kan?" Biya tersenyum saat Tara mencoba memecahkan keheningan disana.

"Baik Mas, Alhamdulillah. Mas Tara sehat juga kan?" Biya mencoba membuka wajah setengahnya yang daritadi ia tutupi.

Tara tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih.

"Gitu dong, kan cantik kelihatannya" jelas Tara, yang membuat rona di pipinya Biya semakin menyeruak. Biya nggak tau lagi harus memberikan reaksi yang gimana, tapi dia seneng banget bisa video call sama Masnya itu.

"Apasih Mas." Biya langsung menunduk, nggak berani lagi buat natap layar kamera. Dia malu bukan main.

"Kak Aira mana?"

"Enggak ada, seperti biasa"

Biya melihat raut muram milik Masnya.

"Kakak sering keluar lagi ya?"

"Iya."

"Biya." Lirih Tara pelan.

"Kenapa Mas?"

Tara sedikit mengedarkan pandangannya ke segala arah, memastikan sesuatu bahwa tak ada yang sedang menguping pembicaraan itu.

"Aira selingkuh."

Saat mendengar itu langsung dari mulut Tara, Biya membeku di tempat. Biya menghindari kontak mata dengan Tara, dia juga merasa malu sebagai adik dari Aira. Kelakuan kakaknya benar benar di luar dugaan.

"Apa ini benar Mas?" Tanya Biya untuk meyakinkan.

"Bener kok. Mas nggak bakal suudzon kalau memang nggak punya bukti."

Biya masih termenung, syok, dan kaget atas apa yang menimpa Tara saat ini. Situasinya tidak baik baik saja. Tara masih berusaha memamerkan senyumnya disana.

How to Move on ─ TaeyongWhere stories live. Discover now