[HTMO] 12 - un-awkward

594 128 166
                                    

Sudah terhitung seminggu dari kedatangan Biya ke Pulau Dewata itu,  Biya sekarang sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan kantornya. Buktinya saja dia sudah sangat akrab dengan Lala, Chandra, dan Jisung. Menurut Biya mereka itu orang yang mudaj banget menerima pertemanan dan nggak milih milih temen. Nggak kaya Jemmi sama Renja yang terlalu selektif atau mungkin terlalu fokus buat kerja?

Cuma satu orang yang dengan jelasnya dia anggap sebagai musuhnya, yaitu Dinan.

Dinan memang nggak menggunakan kewenangannya sebagai atasan para anak anak yang lain dalam mengerjakan pekerjaanya. Tapi menurut Biya kerjaan dia itu bener bener di cek sampe tuntas sama Dinan.

Akhir akhir ini Dinan lebih banyak ngasih kerjaan buat Biya. Yang biasanya dia pulang jam lima sekarang Biya lebih sering pulang jam delapan malam karena memang ada pekerjaan yang gak bisa dia tinggalkan.

Di samping itu Dinan juga orangnya cukup hangat dan bersahabat. Selain di sisi yang nyebelinnya itu menurut Biya. Setiap Biya lagi lembur banget, Dinan selalu bawain kopi atau sekedar teh hangat buat Biya. Kadang juga Biya sering banget dibawain roti/donat dari toko kue depan kantor. Katanya biar nggak pingsan pas lagi lembur. Dia perhatian memang, tapi tetep aja Dinan tetep Dinan yang kejam baginya.

"Nggak balik Lo?" Tanya Biya, saat Dinan masih betah duduk di kursi milik Jisung yang mana meja mereka adalah depan depanan, alias sekarang mereka lagi hadap hadapan. Dinan masih fokus ngurusin event atas kerja samanya dengan perusahaan swasta. Salah satu hotel bintang lima yang terletak di pinggiran kota dan punya lokasi yang cukup strategis.

"Masih ada kerjaan." Sahut Dinan datar. Pria itu memang kalau sedang kerja seperti sedang gila gilanya. Bucin kerja nama lainnya.

"Gila kerja banget sih."

"Biarin, kalian kalian juga yang bakal seneng."

"Pede banget lo." Ucap Biya dengan nada kesalnya. Dinan terlalu menyombongkan diri di depannya, itu bukanlah tipikal Biya. Terlalu menyombongkan kekuatannya, ya walaupun memang hasil kerja Dinan dapat diakui seluruh karyawan disana.

"Bi, besok temenin yuk? Liat liat hotel."

"Ngapain? Mau ngebooking lo?"

"Kali kali aja lo suka, nanti gue bookingin buat kita." Ucap Dinan, dia menaikan sebelah alisnya. Kelakuan Dinan yang tengil itu membuat Biya mengucap istighfar di dalam dadanya.

Ya Allah, semoga Biya pulang dengan selamat hari ini.

Amin.

Dinan menelisik pergerakan 'amin' Biya yang menggerakan dua tangannya dan ditempa ke wajah. Dinan ngeliatin Biya sampe yang serius banget.

"Habis berdoa? Doa apaan?"

"Semoga gue selamat dari makhluk yang ingin mencelakakan gue."

Dinan dengan tampang polosnya cuma nyisir tatapannya ke kanan ke kiri dan ke depan. "Nggak ada hantu di sini, nggak usah takut Bi"

Iya emang nggak ada hantu, kan elo jurignya! Gerutu Biya dalam hati.

"Sebel." Ucap Biya, sambil mengacak seluruh tatanan rambutnya.

"Kenapa lo?" Tanya Dinan seraya bangkit dari kursinya, merapihkan meja kerja Jisung yang habisa dia tempati.

"Ngapain sih lo disini, ruangan kerja lo aja disono" Biya melempar pandangan yang nggak enak dilihat. Justru Dinan malah nyengir puas saat melihat cewek itu merasa terganggu kenyamanannya.

"Kalau lo nggak ada temen ngobrol nanti ngantuk, jadi gue temenin." Ucap Dinan dia bergerak memindahkan barang barang Jisung ke tempat semula.

"Btw, ikut ya besok. Gue butuh asisten."

How to Move on ─ TaeyongOù les histoires vivent. Découvrez maintenant