[HTMO] 16 - Rival.

522 113 58
                                    

Tepat hari Senin kembali dimulai. Biya maupun Tara berangkat ke kantor bersamaan. Biya tau, 2 hari lagi Masnya akan pulang kembali ke Jakarta sedangkan dia masih harus berada di Bali karena pekerjaanya yang bahkan belum ada setengah perjalanan. Dia menggerutu pada dirinya, dia ingin ikut pulang bersama Masnya, tapi apa daya, tanggung jawabnya belum selesai. Belum lagi perihal urusan orang tua Dinan, semakin lama semakin rumit karena kini Mamihnya Dinan seringkali memberi pesan ke Biya dan merasa ingin lebih dekat dengan pacar anaknya.

"Astaga si Tante!"

Biya melihat meja kerjanya yang tiba tiba terisi oleh satu kotak makan yang begitu penuh isinya. Dia melihat Dinan sudah datang lebih dulu, tidak seperti biasanya.

"Bekal dari siapa?" Tara yang penasaran menghanpiri meja kerja Biya.

"Dari A-anu! Mamanya temen kantor Biya Mas"

Jawab Biya sepintas tanpa berpikir panjang. Sedangka Tara hanya memberikan reaksi "ooh" nya saja dan kembali mengurusi pekerjaannya di ruangan Pak Ketu-nya Biya, Haechan.

"Dinan Ini Mamih lo kirim apa??" Biya masuk ke ruangan Dinan tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.

"Gak sopan. Ketuk pintu dulu. Ulangin lagi!"

Biya yang tiba tiba kaget atas perubahan sikap Dinan di kantor. Dia berbalik ke mejanya dan tak kembali lagi ke ruangan Dinan. Biya langsung berubah air mukanya dan wajah betenya terlihat. Jisung dan Chandra jadi senang untuk menggoda.

"Kak Biya, piuit!" Panggil Jisung, tapi Biya tak menyahutinya.

"Orang cakep kalo bete tetep aja cakep, heran ya." Tambah Jisung yang kini memindahkan batang kacamatanya ke atas kepala.

"Ssttttt! Jangan diganggu," desis Chandra.

"Kenapa?" Bales Jisung dengan ikut mendesis seperti Chandra.

"Nanti pawangnya nongol!"

brak!

"Bisa nggak ngomongin guenya dibelakang aja?"

Setelah Biya menggebrak mejanya, Renja dan Jemmi ikut melihat ke meja anak buahnya. Mereka merasa ikut terganggu atas apa yang dilakukan oleh Biya.

"Bi? Masih jam kantor, ganggu tau nggak?" Desis Renjun. Tatapan memicing pada Biya membuat Biya takut. Biya langsung minta maaf kepasa mereka, sementara si pembuat onar sudah kembali ke tempat duduknya.

Dinan

Kenapa nggak jadi masuk

Biya

Gapapa.

Dinan

Mau ngomong apa? Penting?

Biya

Nggak. Nggak penting sama sekali!

Dinan

Besok Dinner lagi ya. Gue jemput jam 9.

Biya

Jangan jemput. Ketemuan aja.

Dinan

Dari kemaren nggak pengen banget gue jemput di rumah? Lo ngumpetin cowok ya? Ngaku?

Biya

GAK! JANGAN KEPO.

Karena perjanjian mereka sudah terjadi dan semua kebohongan itu mulai berjalan lagi, mau tidak mau Biya harus melakukan hal itu, bukan alasan lain.. karena memang Biya ingin cepat pulang. Dia sudah merindukan rumah. Tapi apa daya, pekerjaan proyeknya masih delapan bulan lagi, Dinan berusaha mengurangi waktu kerja Biya, karena Biya sudah membantunya.



How to Move on ─ TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang