Level 4: Baby Boy Renjun

17K 1.2K 51
                                    

Karakter Play Date (4)

Karakter Play Date (4)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun
(Sugar Baby)

Genre: Romance - Sad

WARNING!!
BACAAN INI MENGANDUNG ADEGAN SEKSUAL. JANGAN PERNAH MENIRU SEMUA ADEGAN DI DALAM FANFICTION INI KARENA KARAKTER, LATAR WAKTU DAN TEMPAT HANYA FIKSI BELAKA!! SAYA HANYA MEMINJAM VISUAL DAN NAMA SAJA TANPA MENGURANGI RASA HORMAT SAYA TERHADAP IDOL TERSEBUT! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!

""""""""""""""""""""""""""""

YOU POV

"Y/n nunaa!! Ini Renjun!!" ucapnya yang langsung memunculkan lima bar berwarna kuning di atas kepalanya. Tunggu, dia karaker Playdate? Bukankah harus mengunggu 24 jam dulu? Lalu mengapa ia ada disini?

"Renjun?" tanyaku sambil mengulang pengucapan namanya barusan. Aku rasa game ini benar-benar mengerikan! Kenapa karakter baru langsung muncul sedangkan belum tiga jam aku lalui setelah permainan terakhir berakhir. Apa karena game tersebut tahu niat burukku yang ingin membakar CD Playdate dan menghentikan permainan ini? Sialan!!

"Siapa dia?" tanya Leedo menaruh curiga. Aku menoleh ke arahnya, tanpa mengucapkan apapun. Aku berusaha memberitahu dia melalui tatapan namun hal itu malah membuat Leedo sedikit kesal.

"Nunaaa, bolehkah aku menginap di apartemen nuna? Keparat itu memukulku lagi dan aku tak tahu harus lari kemana." pinta Renjun dengan sedikit ketakutan sambil menggenggam tangan kananku begitu erat. Ia menatapku memohon dengan ekspresi yang sangat menggemasakan bagiku.

"Kamu siapa?" karena tak kunjung ku jawab pertanyaannya. Leedo akhirnya menanyakan langsung kepada Renjun dengan tatapan yang dingin. Sesekali, ia juga melirik genggaman tangan Renjun yang begitu erat.

"Hm, sugar baby?" bisik Renjun diakhiri tawa pelan yang sangat menggemaskan. Tanpa sadar juga membuatku tertawa pelan.

"Baby boy!" ucapku membenarkan. Aku menoleh ke arah Leedo yang langsung membuang tatapannya ke arah lain. Aku mendekat ke arahnya, biarlah nyawaku berkurang sedikit yang penting Leedo tak salah paham.

"Dia karakter Playdate." bisikku tepat di telinga kanan Leedo.

"Bagaimana bisa?! Kamu kan belum memilih karakter selanjutnya?" tanya Leedo yang akhirnya menoleh ke arahku.

"Aku juga tak tahu, tapi aku yakin karakter ini terpilih acak karena Play Date dapat mengetahui niat kita." ujarku masih menebak-nebak. Leedo hanya menatapku dengan tatapan bingung lalu kembali membuang wajahnya ke arah lain.

"Boleh ya nuna? Eung?" Mohon Renjun dengan sangat. Aku mendekat ke arahnya lalu melihat ada beberapa lebam di tangan Renjun yang tertutupi oleh lengan yang panjang.

"Boleh." ucapku yang langsung direspon dengan gembira olehnya. Ia layangkan sebuah kecupan manis di pipiku. Sukses membuat aku dan Leedo terkejut. Ia memeluk lenganku dengan manja. Karakter ini sangatlah menggemaskan dan manja, aku tak tega jika harus bermain dengannya.

"Siapa yang membuat luka di sekujur tubuhmu?" tanyaku setelah mengangkat lengan baju Renjun. Ekspresi menggemaskan itu pun langsung berubah menjadi ekspresi sedih yang mendalam. Aku sadar ,ada begitu banyak kesedihan yang tersembunyi dalam senyuman Renjun.

"Keparat itu, kekasih eommaku." lirihnya. Aku menyadari ada setetes air mata yang jatuh membasahi wajahnya. Renjun menunduk dengan tubuh yang bergetar, ia ingin menyembunyikan kesedihannya padaku. Aku tak tega melihatnya, sehingga langsung aku bawa Renjun ke dalam pelukanku. Berharap ia dapat lebih tenang dan merasa aman.

Sepertinya aku harus bermain peran menjadi sosok wanita tangguh yang melindungi Renjun dari kekasih ibunya yang kasar atau mungkin Renjun memiliki masalah tersendiri dengan kekasih ibunya sehingga ia harus menerima semua rasa sakit ini? Aku tak mengerti, tapi aku harus mengikuti saja alurnya.

"Aigoo~" Leedo tak habis pikir dengan apa yang ia lihat saat ini. Aku tersenyum ke arah Leedo sambil tak henti mengelus punggung Renjun.

"Aku merindukanmu nuna." detik itu juga, aku lihat beberapa orang yang duduk di depan kursi kami, menoleh ke arah Renjun. Ia lepaskan pelukan kami lalu tersenyum lemah padaku.

Akhirnya bis yang kami tumpangi berhenti di halte tujuan kami. Leedo berjalan di depanku sedangkan Renjun suka sekali menggenggam tanganku. Sepanjang perjalanan ia terus menanyakan tentang hubunganku dengan Leedo. Ada kecemburuan di wajah Renjun saat menanyakan itu, tetapi ia terus berusaha menyembunyikannya dariku.

Tibalah kami di sebuah minimarket yang tak jauh dari gedung apartemenku. Aku ingin berbelanja kondom lagi dan beberapa makanan instant untuk menemani hariku bersama Renjun. Renjun memilih berbagai makanan kesukaannya, seperti susu pisang, ice cream, ayam goreng dan lain sebagainya. Aku sempat sibuk dengan duniaku sendiri saat memilih kondom. Aku akan membeli kondom lumayan banyak agar tak kehabisan yang pada akhirnya dapat mengurangi nyawaku. Hingga saat aku ingin membayar makanan tersebut, aku tak menyadari keberadaan Renjun di sekitaranku, begitu pula Leedo yang pergi entah kemana.

Aku panik, tentu saja. Takut mereka berkelahi. Setelah aku bayar berbagai belanjaan kami, aku keluar dari supermarket tersebut. Mencari keberadaan Renjun dan Leedo dengan cara meneriaki nama mereka namun aku tak mendapatkan apapun. Aku bingung sekaligus takut, aku hanya takut keduanya terluka yang pada akhirnya merugikanku juga.

Bugh!!

Suara pukulan itu terdengar samar dari sebuah gang yang berada di belakang supermarket. Langsung aku masuki gang tersebut dan begitu terkejutnya aku saat melihat seorang lelaki sedang dipukul berulang kali oleh Leedo. Leedo begitu kesetanan dan saat aku berusaha menghentikannya. Malah membuatku terpental ke belakang,

"Sudah do!" teriakku berusaha menyadarkannya. Leedo pun akhirnya tersadar saat Renjun bangkit dan berusaha menghentikannya.

"Gwenchana hyung, sudah! Biarkan saja keparat itu!!" bujuk Renjun yang akhirnya membuat Leedo sadar. Ia hempaskan tubuh lelaki tua itu ke tanah dalam keadaan yang babak belur. Aku begitu bingung dengan situasi ini, terutama setelah melihat banyak memar di wajah Renjun.

"Nuna tak papa?" tanya Renjun menghampiriku. Tanpa sadar, tangisku pecah saat melihat wajah Renjun yang sangat memprihatinkan.

"Harusnya nuna yang bertanya, kamu tak papa? Siapa yang memukulmu sampai seperti ini?" tanyaku. Renjun menghapus air mata yang mengalir membasahi wajahku. Leedo bersihkan darah yang mengotori tangannya itu.

"Keparat itu!" tunjuk Renjun ke seorang lelaki yang sebelumnya Leedo pukul.

"Beruntung Leedo hyung datang dan membantuku." tambah Renjun semakin membuatku sedih. Aku hanya tak menyangka saja, Leedo akan melindungi Renjun juga padahal ia tahu bahwa Renjun hanyalah karakter yang tak nyata.

"Makasih Leedo." ucapku saat lelaki itu membantuku untuk bangun. Leedo tersenyum tipis lalu berkata, "Agar nyawamu tak berkurang lagi. Sudah, jangan keluar dari kamarmu sampai permainan ini berakhir ya." bisik Leedo, aku mengangguk pelan dan setelah itu, kami langsung bergegas menuju gedung apartemen kami. Meninggalkan lelaki tua itu dalam keadaan tak sadarkan diri dengan lebam dan darah yang mengotori wajahnya.

TBC

PLAY DATEWhere stories live. Discover now