Level 17: Tekanan Hidup

5.4K 631 91
                                    

Karakter Play Date (17)

Karakter Play Date (17)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chenle
(Murid Brandal)

Genre: Romance - Sad

""""""""""""""""""""""""""""

YOU POV

"Maafkan anak kami, Y/n-ssi. Dia telah banyak menyusahkanmu dan berperilaku tidak terpuji saat bersamamu. Terima kasih telah membantu kami, tetapi kami masih membutuhkan bantuanmu hingga Chenle berhasil diterima di perguruan tinggi Seoul University." Orang tua Chenle menunduk hingga 90° sebagai bentuk permintaan maafnya.

"Iya bu" Aku merasa tak enak, sehingga langsung aku maafkan mereka dengan meminta orang tua Chenle untuk tidak menunduk lagi padaku. Chenle hanya mendengus kesal saat melihat orang tuanya begitu memohon kepadaku. Aku tak tahu, masalah apa yang terjadi hingga kedua orang tua Chenle begitu merasa bersalah padaku.

"Kami mohon, selesaikan kegiatan mengajarmu malam ini sebelum Chenle mengikuti ujian besok ya. Tak apa dia tak tidur semalaman, yang penting esok hari Chenle bisa mengerjakan ujian tersebut dan membawanya masuk ke Universitas Nasional Seoul." pinta ibu Chenle. Aku pun mengangguk pelan sebagai bentuk persetujuan dari pintanya barusan. Senyuman lebar terukir di wajah kedua orang tua Chenle, setelah itu mereka mengajakku ke sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar tidur Chenle. Terdapat banyak fasilitas bagus di dalamnya yang menunjang proses belajar hingga permainan untuk lelaki itu. Ia terlahir di keluarga kaya raya dengan tekanan hidup yang tinggi pula.

Aku pun ditinggalkan berdua saja dengan Chenle di dalam kamar tersebut. Aku lihat buku yang telah bertumpuk di sana, ingin mengetahui apa yang harus aku ajarkan padanya? Kalau matematika, aku langsung mengundur sajalah, nah aku aja gak pernah tuntas ulangan matematika😒

Benar saja, buku yang bertumpuk itu adalah buku matematika yang bahkan belum pernah aku pelajari sebelumnya, karena pendidikan akan semakin maju tiap tahunnya. Lalu, kenapa aku mengambil tawaran tadi ya? Bodoh sekali aku!

"Sudah tahu tidak bisa mengerjakannya, masih saja diambil tawarannya. Kalau saem membutuhkan uang, nanti aku berikan tapi kalau begini terus saem hanya akan membuang waktuku saja!!" rutuk Chenle membaringkan tubuhnya di atas kasurnya. Sepertinya inilah alasan ia selalu bersikap buruk padaku, karena aku mengambil tawaran untuk mengajarinya padahal aku tak bisa mengerjakannya sendirian. Hanya akan membuang waktu saja? Betul juga sih, jadi aku harus gimana dong?

"Ayo belajar, Chenle." ucapku. Chenle langsung melemparkan bantal miliknya hingga mengenai wajahku. Sialan! Tapi aku juga ga bisa marah kalau begini soalnya ini memang sepenuhnya salahku.

"Saem tahu kok cara mengerjakannya." ucapku dengan nada suara yang bergetar. Aku berusaha menutupi kebohonganku dengan tawa yang terkesan dipaksakan.

"Dasar tak berguna. Wanita jalang!!" gumam Chenle lalu membalik tubuhnya menghadap tembok ruangan. Aku kesal dibuatnya sehingga aku berteriak lalu naik ke atas kasur lelaki itu untuk melampiaskan kemarahanku. "Yak!! Anak nakal!!" makiku balik. Chenle bangun dari tidurnya dengan ekspresi yang tak kalah kasar pula.

PLAY DATEWhere stories live. Discover now