Pembunuh Sesungguhnya

7.6K 786 105
                                    

Jaehyun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaehyun

Jaehyun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Johnny

Kim Youngjo(RAVN ONEUS)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Youngjo
(RAVN ONEUS)

"""""""""""""""""""""""""""""""

YOU POV

Johnny membawaku naik menuju sebuah ruangan yang berada di lantai tiga, diikuti Jaehyun yang berjalan di belakang kami dengan membawa sebuah senapan di tangan kanannya. Ekspresi di wajah mereka datar, serta tak banyak mengatakan apapun saat para anak buah mereka memperhatikan kami. Aku masih belum bisa menenangkan diriku sendiri, sehingga aku terus menangis kencang merutuki segalanya. Aku hanya bisa pasrah, saat Johnny memintaku melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Jantungku berdegup kencang dan tak tahu harus melakukan apa, aku kacau setelah mengetahui kenyataan bahwa aku tak berhasil membawa mereka ke duniaku dan malah aku yang terbawa ke dunia mereka. Semua rencana yang telah aku susun pun menjadi berantakan. Aku merasa tak ada gunanya lagi aku mempertahankan game tersebut, aku tak bisa membunuh salah satu dari mereka. Lalu apa yang akan terjadi padaku selanjutnya? Apa mereka yang akan ditugaskan Play Date untuk membunuhku?

Jaehyun ambil sebuah kunci ruangan untuk membuka sebuah ruangan yang berada di ujung lantai. Setelah pintunya terbuka, Johnny masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan itu merupakan sebuah kamar dengan sistem keamanan yang ketat, seperti jendela dan pintu yang dilapisi jeruji besi hingga cctv yang berada di setiap sudut ruangan. Johnny letakku tubuhku dengan perlahan di pinggiran kasur sembari Jaehyun yang mengunci pintunya dari dalam. Setelah itu, keduanya berdiri di hadapanku. Untuk beberapa saat, mereka tak mengatakan apapun dan hanya menatapku penuh arti, membuat tangisku semakin menjadi-jadi.

"Gadis manis sepertimu tak baik jika menangis terus." itu Johnny yang berjalan menghampiriku. Jantungku berdegup kencang saat aku menyadari Jaehyun yang me-reload peluru senapan di tangannya. Lelaki itu menatap ke arah Johnny yang semakin mendekat ke arahku.

"Jangan menangis terus." ucap Johnny. Ingin mendudukan diri di sebelahku sebelum sebuah peluru menembus kepalanya. Darah Johnny mencuat mengenai wajah dan tubuhku juga, membuat keadaan yang awalnya tenang menjadi lebih menyeramkan. Tembakan itu berasal dari Jaehyun yang tanpa kata menodongkan senjata itu ke arahku.

Aku tak bisa mengatakan apapun saat lelaki itu dengan perlahan berjalan menghampiriku. Mengapa ia begitu mudahnya membunuh seseorang yang bahkan merupakan teman baiknya? Aku kacau, tak menyangka semuanya akan seperti ini sehingga napasku sesak dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Jaehyun masukkan pistol tersebut ke dalam saku yang berada di belakang tubuhnya. Ia berdiri tepat di hadapanku, tangan Jaehyun mengusap wajahku dan beralih menyentuh hidungku. Detik itu juga aku merasakan ada sesuatu yang aneh pada tubuhku.

"Nyawamu telah kembali full, sayangku." ucap Jaehyun yang semakin membuatku bingung, namun aku sangat ketakutan hingga aku tak bisa berpikir jernih. Nyawaku telah kembali full? Bagaimana bisa? Maksudku Jaehyun tahu aku pemain Playdate dan kenapa ia membunuh Johnny secara tiba-tiba.

"Bukankah ini yang kamu inginkan? Membunuh salah satu dari kami agar nyawamu terisi penuh?" tanya Jaehyun seperti mengetahui segala keinginanku. Setelah itu, Jaehyun ajak aku ke sebuah kamar mandi yang berada di ruangan itu. Aku lihat pantulan wajahku yang berlumuran darah itu ke cermin yang berada di kamar mandi. Benar saja, nyawaku telah terisi penuh tanpa aku harus melakukan tindakan pembunuhan lagi.

"Bagaimana bisa?" tanyaku dengan bibir yang bergetar. Jaehyun minta aku bersihkan seluruh darah Johnny yang mengenai wajahku lalu setelah itu ia berikan aku sebuah baju kaos berwarna hitam. Aku menuruti segala yang ia perintahkan karena aku takut jika ia merasa kesal, Jaehyun juga pasti tak segan membunuhku.

Setelah keadaanku telah bersih dari segala hal. Jaehyun ajak aku duduk di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan mayat Johnny. Ketakutan mendalam masih memenuhiku, bahkan saat Jaehyun menggenggam tanganku sukses membuat tangisku pecah. Berbagai pertanyaan memenuhi kepalaku saat ini mengenai nyawa hingga Jaehyun yang sebenarnya tahu tentang keinginanku.

"Daddy." panggilku, akhirnya memberanikan diri karena Jaehyun tak kunjung mengatakan apapun. Lelaki itu menoleh ke arahku, "Kenapa sayang?" jawab Jaehyun.

"Kenapa daddy membunuhnya?" tanyaku yang sukses membuat Jaehyun tertawa lalu menangkup wajahku agar tatapan kami dapat bertemu. Sekarang, aku sangat takut dengan sosok lelaki tampan berkulit putih ini.

"Karena daddy ingin membantumu." ucapnya. Membantu bagaimana? Membuatku semakin takut, iya!!

"Daddy tahu aku adalah seorang pemain-"

"Tahu." okay, ketakutan semakin menyelimutiku.

"Dan daddy adalah salah satu karakter yang kamu mainkan bukan?" tanya Jaehyun yang langsung aku balas dengan anggukan kepala.

"Tugas daddy berakhir setelah kamu menyatakan cinta pada kami." ucapnya. Okay, perlahan satu per satu kebenaran itu terungkap.

"Sebenarnya kamu mencintai daddy atau Johnny?" tanya Jaehyun. Dengan tangan yang bergetar aku raih kedua tangan lelaki itu yang menangkup wajahku. Mungkin hal ini bisa aku gunakan sebagai bentuk penyelamatan diri.

"Daddy, aku mencintai Jaehyun daddy." ucapku. Jaehyun tersenyum tipis,

"Lalu mengapa kamu mengatakan cinta pada Johnny juga?" tanya Jaehyun. Aku telan ludahku dengan susah.

"Karena aku merasa terdesak saat itu daddy. Maafkan aku." ucapku dengan susah payah mengendalikan diriku. Jaehyun menganggukkan kepalanya pelan, seolah mengerti dengan perasaanku.

"Itulah sebabnya daddy membunuhnya." ujar lelaki itu. Aku menatapnya takut.

"Daddy tak perlu membunuhnya-"

"Daddy tak suka saat pujaan hati daddy tertarik dengan lelaki lain." ucapnya. Jaehyun, berhenti mengatakan hal-hal yang dapat membuatku nyaman dan semakin tertarik padamu. Padahal kamu sebenarnya yang harus aku bunuh saat ini.

"Maafkan aku daddy." ucapku tak bisa banyak memberontak karena aku tahu Jaehyun bukanlah orang yang mudah. Ia tak segan membunuh siapa saja, bahkan rekan bisnisnya yang paling dekat. Lelaki ini gila dan aku harus membuatnya agar semakin tertarik padaku untuk menyelamatkan diriku sendiri.

"Lalu lelaki yang kamu pukul tadi itu siapa?" tanya Jaehyun membuatku semakin bingung. Lelaki yang aku pukul? Hwanwoong? Tidak aku bahkan tak sempat meraihnya sebelum ia menghilang dengan tiba-tiba. Ah, lelaki bertubuh tinggi itu.

"Tak tahu daddy, bukankah dia anak buah daddy?" tanyaku balik.

"Daddy tak suka saat ada seseorang yang menyentuh milik daddy." ucapnya. Jaehyun langsung mengambil handphone miliknya dan meminta salah seorang anak buahnya untuk mencari keberadaan lelaki itu.

"Daddy akan melakukan apapun untukmu sayang, sama seperti kamu yang akan melakukan apapun untuk daddy bukan?" tanya Jaehyun. Aku hanya bisa mengangguk lemah pada lelaki itu.

"Kalau begitu, buka bajumu!!" perintah Jaehyun, membuatku takut.

"U-untuk apa daddy?" tanyaku.

"Daddy akan memberikan hukuman untukmu!"

"Ta-tapi!"

"Buka sebelum daddy tembak kepalamu!!" detik itu juga, Jaehyun langsung menodongkan sebuah pistol ke depan wajahku. Persetan dengan segala hal, yang aku hadapi saat ini bukanlah setan melainkan iblis sesungguhnya!

TBC

PLAY DATEWhere stories live. Discover now