🥀26 - Rapuh🥀

32 10 1
                                    

Bismillah
Happy reading all!
Jangan lupa vomment ya^^
.
.
.
.
.

🌼🌼🌼






David mengetukkan tangannya ke meja beberapa kali. Pria paruh baya itu tengah berpikir. Siapakah yang menelponnya barusan?

Nomornya terlihat tidak asing. David merasa ia sering menelpon nomor itu. Tapi, ia lupa nomor itu milik siapa.

Berpikir keras. David termenung. Tidak salah lagi nomor itu milik Davikah. Dan tentang siapa yang mengaktifkan nomornya, ia rasa ia tau itu.

"Seharusnya kubunuh saja anak itu!" Geram David.




🥀🥀🥀







"Eshal. " Suara Adam membuat Eshal menatap ke arahnya.

"Lo kenapa?" Tanya Adam yang terlihat khawatir karena dari tadi Eshal terus termenung.

Kedua sudut bibir Eshal naik membentuk sebuah senyuman.

"Gak apa-apa, " balas gadis itu.

"Oh, iya. Jadi, selama dua tahun belakangan Lo ngapain aja?" Tambah Eshal mengalihkan topik.

"Hmm, merhatiin Lo?" Jawab Adam sambil menyuap es krimnya.

Saat ini mereka berada di sebuah kedai es krim langganan mereka dulu. Adam sangat suka es krim. Tapi, ia tidak suka makan es krim apabila tidak ada Eshal.  Berbanding terbalik dengan Eshal. Eshal, memang tidak menyukai makanan yang manis. Tapi, kalau orangnya Adam barulah ia suka.

"Masa? "

"Seriusan. " Adam refleks menyubit   pipi Eshal karena gemas.

"Emang Lo gak punya kerjaan lain apa? Ya, kayak cari kerja gitu. Masa merhatiin gue. Gimana bisa bahagiain masa depan gue kalo kerjaan Lo merhatiin gue dua tahun belakangan. "

Adam tersenyum kecil. Raut wajah yang ditunjukkannya tidak biasa. Seperti menahan sakit.

"Nggak ada alasan lagi buat gue untuk bahagiain Lo, Eshal, " ucap Adam.

Eshal termenung. Gerakan tangannya yang hendak menyendok es krim terhenti. Matanya lurus menatap Adam.

"Lo tau?"

"Merhatiin Lo selama dua tahun, Lo kira gue gak tau?"

Eshal meneguk ludahnya.

"Bahkan gue pernah datangin acara pernikahan Lo. "

Eshal mengernyit, "Gue nggak liat Lo waktu itu. Jangan ngadi-ngadi, Adam. "

"Gue serius. Lo ingat pas Lo mau kabur? Terus ada cowok yang nahan Lo?"

Eshal mengangguk.

"Itu gue. "

"Laki-laki yang namanya Leo itu?"

Adam mengangguk.

"Lo lupa nama gue, Shal?"

"Nggaklah. Nama Lo itu Shadam Leo--"

Eshal tak melanjutkan kalimatnya. Ada nama Leo yang terselip di balik nama panjang laki-laki itu.

"Masa depan Lo ada sama laki-laki itu, Eshal. Gue akui gue terlambat dan gue menyesal untuk itu. Seperti apa kata gue dulu 'lo harus belajar cara menghargai orang lain'. "

Eshal menatap Adam dingin, "terus buat apa Lo muncul di depan gue kalau cuma mau bilang ini?!"

"Karena gue nggak mau egois, " ucap Adam lembut.

REGRET✓Where stories live. Discover now