🥀11 - Sisi lain Syam🥀

40 11 0
                                    

Bismillah...
Happy reading All!
Hope you like it
.
.
.

"Beberapa orang yang tetap kau kenang kadang adalah seseorang yang harusnya kau lupakan."

-TSADAFA-





"Pak Syam!"

Syam menoleh ke arah sumber suara. Dan menemukan Eshal sedang berlari ke arahnya.

"Ingat kata-kata gue tadi! " Leo segera pergi dari tempat itu tanpa sempat Syam cegah.

Ditatapnya seorang gadis di hadapannya sedang mengatur nafasnya sehabis berlari.

"Pak Syam, ayo ke rumah sakit. Luka bapak perlu di obati. Mari saya antar. "

Melihat Eshal, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Namun, perasaan itu cepat-cepat ia singkirkan ketika perkataan adiknya kembali memenuhi pikirannya.

Syam merasa frustasi. Sampai-sampai ia memegangi kepalanya sendiri seraya mengucap istighfar berkali-kali.

Kenapa harus Eshal?

Setelah sekian lama mereka tidak bertemu, kenapa harus Eshal?

Tak adakah gadis selain Eshal yang bisa merebut hatinya?

Ia tersiksa.

Sungguh.

Karena telah mencintai gadis itu.

🌼🌼🌼🌼

"Dimana Eshal?" tanya Syam begitu keluar dari ruangan serba putih itu untuk mengobati luka-lukanya.

"Ayolah, bos. Lo lagi sakit dan sekarang yang ada di pikiran Lo malah Eshal. Lo gak kasian liat kondisi diri Lo sekarang? Lo kayak ABG alias anak baru gila tau gak?"

Syam menatap Baron tajam, "Gue gila? Bukannya Lo yang gila di gebukin warga gara-gara liatin idola kampus lagi mandi?"

Baron meneguk ludahnya sendiri, "Woi, aib gue!"

Syam mengedikkan bahunya, lantas berlalu pergi hendak mencari Eshal.
Menyusuri lorong rumah sakit dengan tangan yang masih di perban.

Di setiap langkahnya, banyak sekali orang-orang yang sakit dilihatnya. Entah itu penyakit mematikan ataupun tidak sama sekali. Disini, Syam merasa sangat bersyukur. Masih diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Maka dari itu, hendaklah kita selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apabila salah satu nikmat itu di cabut oleh Allah--entah itu nikmat kesehatan, hidup, makan dan lainnya, apakah kita masih sanggup untuk menjalani hidup? Maka yang paling penting disini adalah bersyukur.

Nikmat Allah itu sangat luas. Tapi, berapa sering mulut kita mengucap Alhamdulillah? Berapa sering kita mengeluh di banding Alhamdulillah itu sendiri?

Langkah Syam terhenti. Matanya terpaku pada sosok seorang gadis yang sedang terduduk diam menatap lantai. Siapa lagi kalau bukan Eshal?

Hati Syam ragu untuk mendatangi Eshal. Mungkin ia bisa melihat gadis itu dari jauh. Dan memahami masalahnya.

Tiba-tiba Eshal menaikkan pandangannya dan memandangi Syam.

Syam terkejut. Telinganya memerah karena malu. Melihat itu, Eshal pun tersenyum. Gadis itu bangkit dan mendatangi Syam.

Lelaki itu buru-buru mengalihkan pandangannya. Jangan tanya seberapa gugupnya Syam saat ini. Kalau kata lagu sih, senyumanmu yang indah bagaikan candu.

REGRET✓Onde histórias criam vida. Descubra agora