🥀16 - Bertemu psycho🥀

37 7 2
                                    

Bismillah...
Happy reading!
Hope u like it!
.
.
.
.
.

Aku? Sejak kapan kita bisa sedekat itu hanya sekedar untuk memanggil "aku" "kamu"?

-TSADAFA-


🥀🥀🥀


Eshal terbangun pukul 6 pagi. Dia tidak pernah setelat ini bangun pagi jika bukan karena sedang halangan atau karena terlalu lelah. Ia rasa penyebabnya ada pada opsi pertama. Gadis cantik itu mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya. Kemudian ia mengedarkan pandangannya. Mencari sosok lelaki yang menikahinya kemarin.

Kemana dia?

Gadis itu duduk di ranjang sebelum akhirnya menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menggosok gigi. Kemudian melangkah menuju dapur.

Rumah Syam sangat besar, bergaya Eropa. Hampir seluruh barang yang ada disini ia yakini harganya sangat mahal. Eshal mencoba mengingat dimana letak dapur sejak pertama kali datang kemari. Tak butuh lama, ia sudah sampai di dapur. Ia lihat, Syam sudah duduk manis menunggu makanannya. Dan jangan lupakan sekretarisnya, Baron.

"Selamat pagi!" Sapa Syam pada Eshal yang baru saja mengambil tempat duduk yang jauh dari Syam dan Baron.

"Hmm," balas Eshal malas.

"Tidurmu nyenyak?"

"Gak. Karena ada Lo!"

Asisten rumah tangga, yang Eshal ketahui bernama Siti itu meletakkan beberapa makanan di atas meja. Eshal menyendok nasi. Begitupun dengan Baron. Namun, Syam malah menyodorkan piringnya pada Eshal. Melihat itu, Eshal menaikkan sebelah alisnya.

"Nasi saya?"

"Sendok sendiri. "

Syam hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Ia mengerti dan menyendok nasinya sendiri.

"Kamu mau kemana nanti?"

"Kemana aja asal gak sama Lo. " Balas Eshal santai.

"Kamu berhenti saja dari pekerjaanmu. "

"Gue gak mau. "

"Kamu sudah tanggung jawab saya jadi tidak perlu bekerja lagi, Eshal. "

"Terserah, " Eshal meninggalkan meja makan setelah makanannya habis.

Baron melirik kepergian Eshal dengan kesal. Gadis itu masih saja semena-mena terhadap bosnya, pikirnya.

"Sabar, bos. "

🥀🥀🥀

"Leo! Sudah kubilang, hancurkan pernikahannya! Laki-laki berengsek itu tidak boleh bahagia!"

Leo memejamkan matanya. Akibat suara toa milik Monica, sarapan pagi yang dibuatkan anak buahnya terasa hambar. Ia menaikkan pandangannya, menatap Monica dengan malas.

"Kau mengganggu pagi hariku, sialan!" Geram Leo.

Melihat Leo menggertakkan giginya, Monica berdecih, "Kau berani membentakku?"

"Keluar dari ruanganku!"

"Ingat, kau itu di gaji olehku! Jaga sikapmu atau semua rahasiamu akan kubongkar. "

"Kau berani mengancamku?"

Leo berdiri dari duduknya. Berjalan ke arah Monica dengan tatapan yang mengintimidasi.

REGRET✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora