🥀12 - Syarat🥀

32 7 2
                                    

Bismillah
Happy reading!
Hope you like it!
.
.
.
.

"Lelaki yang baik akan memberimu cinta yang baik, membawamu pada sesuatu yang baik dan menjadikan dirimu lebih baik lagi"

-From instagram-

"Jendela kaca ruangan CEO Chocofun hampir membahayakan pejalan kaki di bawahnya. Syam, selaku CEO Chocofun mengkonfirmasi bahwa hal itu murni sebagai kecelakaan---"

"Lo ngapain sih mecahin kaca perusahaan orang. Jadi geger kan tuh di tv. Untung gak ada korban. "

Hana duduk di hadapan Eshal, yang tersedia di minimarket itu. Dia baru saja tiba setelah Eshal meneleponnya dan mengatakan dirinya memecahkan kaca perusahaan Syam.

"Tangkap gue kalo gitu. " Ujar Eshal santai sambil memakan mie nya.

"Lo gak merasa bersalah?"

Eshal diam. Membuat Hana menjadi gemas sendiri.

"Dia nyari gara-gara ke gue. "

"Selesain pake kepala dingin dong jangan emosi, " ujar Hana frustasi.

Gerakan tangan Eshal berhenti. Ia menyudahi kegiatan makannya, padahal mie yang tersisa masih banyak di cup. Gadis itu bersandar di kursinya sambil menatap Hana datar.

"Gak di abisin?"

"Han, Lo tau kan apa yang gue dan keluarga gue lalui 13 tahun lalu?"

Hana mengangguk, "Lo jadiin itu alasan untuk kejadian ini?"

"Lo tau gue masih diikutin orang itu sampai sekarang?" Mata Eshal berkaca-kaca, "Lo tau gimana rasanya di lilit hutang?" Hana diam, " Lo tau gimana rasanya hidup sendiri dan harus nyelesain semua kekacauan di masa lalu itu sendirian?"

Dada Eshal terasa menyesakkan, "Lo tau gimana rasanya, Han?!"

Eshal tampak ingin menangis, namun dengan ketegarannya ia berusaha menahan.

"Mama gue dibunuh dan sampai sekarang gue gak tahu siapa pembunuhnya dan papa gue menghilang. Musuh keluarga gue banyak. Gue gak nyangka Syam yang gue kira baik bakal sama kayak musuh-musuh keluarga gue. Dia nyari informasi gue dan keluarga gue, Han. "

Akhirnya tembok yang dipertahankan nya itu runtuh juga. Air mata Eshal mengalir. Gadis itu mengusapnya dengan kasar. Ia benci menangis.

"Gue duluan. "

Eshal bangkit dan berlalu meninggalkan Hana yang tertunduk diam. Bayangan kisah lama terbuka.

"Yes! Mari kita makan!" Hana menjenjeng plastik berisi makanan dan disambut meriah oleh rekannya.

"Wow! Lo yang traktir?" Tanya temannya.

Hana duduk bersama timnya, "Oo, tentu tidak."

Semua orang di meja tertawa. Mereka mengeluarkan makanan itu dari plastik dan mulai melahapnya. Saat Hana hendak menyuap, tiba-tiba terdengar keributan.

"Ibu saya dibunuh! Bukan bunuh diri!"

Seorang gadis berumur 14 tahun tengah berdebat dengan seorang polisi. Di tangannya ada map berwarna kuning. Hana terus memperhatikan gadis itu.

"Kami sudah mengumpulkan bukti dan memang benar ibumu itu bunuh diri. Mau seberapa keras kau menyangkal, keputusan kami tidak akan berubah. Pergi sana! Mengganggu saja, " polisi itu mendorong tubuh gadis kecil itu.

REGRET✓Where stories live. Discover now