🥀10 - Teror🥀

36 10 0
                                    

Bismillah..
.
.
.
Vote and comment ya Kaka!

🥀🥀🥀


"Udah ke lacak belum ponselnya? " Hana bertanya gusar pada Marcell karena tak kunjung juga menemukan Leo. Padahal saat dalam perjalanan tadi, ponsel Leo masih bisa dilacak. Entah mengapa tiba-tiba sinyalnya hilang. Heran.

"Han," Panggil Marcell.

"Gak usah bawel deh. Cari dulu itu orangnya, " Ucap Hana sambil mengacak-acak rambutnya, kesal.

"Ini udah ketemu. "

Mendengar itu, Hana menoleh pada Marcell.

"Mana?" Marcell memberikan sebuah ponsel 2G dengan bentuk yang bisa di lipat itu pada Hana.

"Kaleng soda, makanan, ponsel. Gue berasumsi kalau orang ini tau kita bakalan datang. Lalu sengaja meninggalkan ponselnya supaya dia gak bisa di lacak lagi. Pinter juga, " Ujar Marcell sambil menatap kaleng soda yang berserakan di kursi kayu rapuh itu.

"Bawa ponselnya itu! Siapa tau kita bisa mencari tahu sesuatu di dalamnya, " Titah Hana.

Marcell mengangguk.

🥀🥀🥀

"Alice, tungguin gue bentar, ya!"

Alice pun mengacungkan jempolnya pada Eshal. Menunggu Eshal yang sebentar lagi sudah boleh pulang itu sembari memainkan ponselnya.

Tak lama, Eshal menghampiri Alice dan mereka masuk ke mall GDA.

"Ngapain kesini?" Tanya Eshal.

"Ada yang mau gue beli. Temenin ya? Lagian gue kangen hangout bareng ama lu. "

Eshal tersenyum kecil menanggapi. Sebenarnya dia juga kangen. Tapi, pekerjaannya di restoran membuatnya tidak punya kesempatan kemanapun.

"Ini bagus gak?" Tanya Alice, memperhatikan sebuah gamis syar'i pada Eshal.

"Bagus. Mau beli buat siapa?"

"Buat gue. "

Mata Eshal membulat. Seriusan buat Alice?!

"Biasa aja kali liatin guenya. "

"Demi apa?"

"Ya, karena hati gue tersentuh buat hijrah, ya, kenapa nggak. Do'ain aja, ya. "

"Aamiin. Kok bisa sih? Gue seneng loh dengernya."

"Ya, bisa lah. Rumah gue kan deket masjid tuh. Jadi kalau ada pengajian gue suka dengerin, gak tau deh, ya, kajiannya nyentuh banget. "

"Emang tentang apa kajiannya?"

"Allah dulu, Allah terus, Allah lagi. "

"Masya Allah, gue juga suka kajian yang begitu, " girang Eshal, gak tau denger Alice pengen hijrah sesenang itu. Dulu, boro-boro ikut kajian di nasehatin Eshal aja, Alicenya gak mudeng.

Sekarang mereka telah berpindah tempat, ke sebuah cafe. Eshal memesan boba sementara Alice memesan makanan berat. Sebenarnya Eshal juga pengen makan makanan berat, tapi, duitnya gak cukup.

REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang