🥀4 - Gara-gara cari kerja🥀

57 15 1
                                    

Bismillah...
Afwan banyak typo...kepepet hehe :)
Hope you like it!

🔎🔎🔎

1 Minggu kemudian...

Sebenarnya, Eshal itu orang yang ceria. Namun, karena masa lalunya yang pahit, ia berubah menjadi pribadi yang cuek dan irit bicara. Gadis itu hanya banyak bicara di depan orang-orang yang mengenalnya  dekat atau orang-orang yang bisa membuatnya nyaman.

Eshal tersenyum melihat wajah-wajah bahagia teman sekelasnya. Mengapa? Ujian Nasional telah berakhir. Semua siswa telah sibuk merencanakan langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Ada yang merencanakan akan kuliah dimana, pergi ke mall untuk merayakan selesainya UN, atau malah tidak merencanakan apapun. Oke, kalimat terakhir terdengar sangat membosankan.

Dari arah pintu kelas, Alice masuk dan duduk di bangku samping Eshal.

"Lo udah punya perencanaan mau lanjut study kemana?" Tanya Alice sambil menyodorkan segelas Yakult pada Eshal.

Eshal menerima Yakult tersebut, lantas membuka kertas peraknya. Memang, akhir-akhir ini hubungan Alice dan Eshal membaik setelah kejadian di kantin itu. Alice tidak lagi mengolok-oloknya atau menjauhinya seperti kemarin.

"Gue gak pengen mikir kuliah dulu. "

Alis Alice bertaut, "Kenapa?"

"Ya, Lo tau lah. Gue gak punya biaya sedangkan nenek gue sakit-sakitan dan butuh perawatan mahal. "

Diantara semua teman Eshal, Hanya Alice yang mengetahui bahwa Eshal tinggal bersama neneknya. 

"Ambil beasiswa aja, " Alice menenggak Yakultnya sampai habis.

Eshal menggeleng, "Gue benar-benar gak minat kuliah. "

"Terus Lo mau ngapain?"

"Ngerawat dan ngejaga nenek udah cukup buat gue. Dan gue juga pengen memperdalam ilmu agama, selama ini gue sadar gue jauh banget dari sang pencipta."

Alice diam mendengar ucapan Eshal yang entah mengapa menohok hatinya.

"Gue udah gak tau lagi mau ngomong apa, kalau itu keputusan Lo. " ucap Alice pasrah.

Eshal tersenyum kecil, lalu meminum Yakult nya hingga tandas.

"Btw, Lo udah nemu kerjaan baru?" tanya Alice.

Eshal menggeleng, "Lo punya kenalan yang kelola restoran atau kafe gitu?"

"Banyak, sih. Tapi, mereka lagi gak buka lowongan kerja. "

Baru saja Eshal hendak menjawab, ponselnya tiba-tiba bergetar. Menampilkan sebuah pesan yang baru saja masuk.

Kak Hana;

Temen gue lagi nyari orang yang hebat main piano buat ngisi acara di restorannya dan gue kasih tau Lo ke dia. Lo mau kan? Uangnya juga lumayan buat nyicil perawatan nenek Lo.

Eshal mendengus sebal. Bermain piano? Ia akui dirinya cukup hebat dalam memainkan alat musik satu itu. Tapi, ia juga sudah sangat lama tidak memainkannya. Bahkan, Eshal juga tidak tahu apakah dirinya masih hafal not-not nya.

Lagipula, Eshal sudah tidak ingin memainkan piano. Itu sama saja membangkitkan kenangan lama. Gara-gara piano itu, orang yang ia cintai harus pergi dengan tragis.

Gadis itu menghubungi nomor Hana, hendak protes. Dirinya sudah pernah bilang, tidak ingin memainkan piano lagi. Namun, sepertinya Hana lupa.

Eshal membuang napas kasar karena Hana tak kunjung mengangkat panggilan. Hal itu tak luput dari pengamatan Alice.

REGRET✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora