🥀7 - Siapa Syam?🥀

47 11 4
                                    

Bismillah...
Afwan ya kalo banyak typo, maklum authornya kebelet apdet hehe..
Happy reading and don't forget to vomment all!

🥀🥀🥀

Soal ucapan Hamzah kemarin, Eshal jadi uring-uringan. Bayang-bayang akan cowok di masa lalunya muncul disaat ia hendak tidur. Berulang kali Eshal mengucap istighfar untuk menenangkan hatinya tapi tetap saja hingga jam 3 pagi Eshal tetap terjaga. Mungkin, dosanya terlalu banyak untuk diampuni. Tapi, di samping itu Eshal harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi tentunya.

Alhasil, penampilan Eshal sangat kacau di hari pertama ia bekerja di restoran mewah itu. Kantung matanya menghitam. Badannya lelah sekali akibat tidur hanya dua jam, itupun shalat tahajud Eshal terlewatkan dan shalat Subuhnya saja telat. Astaghfirullah! Besok-besok Eshal kapok ingat masa lalu apalagi sama cowok yang bukan mahramnya. Bisa-bisa hisabnya di akhirat nanti makin berat.

Eshal kedapatan kerja di bagian kasir. Ya, lumayan dibanding harus bolak-balik mengantar pesanan. Paling nggak kerja di kasir cuma bikin pantat keram. Kerjanya disini cuma menerima uang, mengembalikan uang dan menghitung pemasukan hari ini. Nanti baru, deh, di setor ke atasan. Tapi resikonya berat juga, kalau ada sepeser pun yang hilang, ujung-ujungnya pasti Eshal yang disalahin.

Syam sekali lagi tak dapat melepas pandangannya dari seorang gadis yang sedang duduk di balik meja kasir itu. Dirinya sudah duduk di restoran ini sejak satu jam yang lalu dan menemukan Eshal disini. Syam juga tidak menyangka akan bertemu Eshal disini, di restoran favoritnya.

Saat ia bertemu dengan Eshal di kantor polisi itu, ia sudah bertekad untuk tidak bertemu dengannya baik untuk kedua kalinya ataupun untuk ketiga kalinya. Baginya cukup satu kali itu saja. Karena ia takut perasaannya kembali sedalam dahulu. Perasaan yang ia jaga dan ia tutup rapat susah payah.

"Baron, tak usah menunggu saya, mungkin saya akan pulang terlambat hari ini, " ucap Syam pada sekretarisnya, Baron.

"Baik, tuan. "

Sore menjelang malam. Semua karyawan restoran diizinkan untuk beristirahat sambil menunggu waktu shalat Maghrib masuk. Namun, ada juga yang tinggal untuk melayani pelanggan. Disaat semua karyawan memilih beristirahat keluar restoran, Eshal malah memilih duduk di lantai atas restoran. Duduk di balkon dengan pemandangan gedung-gedung yang bertingkat. Juga ada senja yang pesonanya terhalang oleh bangunan-bangunan itu.

"Assalamu'alaikum! "

Eshal menoleh mendapati seorang pria berdiri di samping mejanya, "Wa'alaikumussalam. Eh, bapak yang kemarin itu kan?"

"Ternyata masih ingat, ya." Syam menyengir, membuat wajahnya semakin tampan, "Boleh saya duduk di sini?"

Eshal mengangguk.

"Kenapa sendirian disini?" Tanya Syam membuka percakapan.

"Pengen aja. Bapak sendiri?"

"Pengen aja. "

Selanjutnya, Eshal tertawa kecil karena merasa konyol akan jawaban Syam yang seolah meniru dirinya.

"Saya punya quote. Mau dengar?"

Eshal mengangguk.

"Lebih baik duduk sendirian daripada ditemani dengan keburukan; dan lebih baik duduk dengan baik daripada sendirian. Lebih baik berbicara dengan seorang pencari pengetahuan daripada tetap diam; tapi lebih baik berdiam diri daripada mengucapkan kata-kata kurang sopan. "(HR Bukhari)

"Masya Allah, anda hafal hadits, pak?" Kagum Eshal.

"Hmm, gak juga. Cuma hafal beberapa. "

"Itu udah bagus dan keren lho, pak. "

REGRET✓Where stories live. Discover now