🥀8 - Patah hati🥀

46 11 2
                                    

Bismillah
Jangan lupa vote n comment🤗
.
.
.

"Bumi ini selalu sibuk menjawab keluhan manusia. Sementara langit selalu menganggur, sebab hanya sedikit yang berdoa dan menggantungkan masalah padanya."

-nadhisy-

🥀🥀🥀

"Kau sudah lacak orang yang memberikan informasi itu?"

"Masih belum. Ponsel orang itu mati. Kita harus menunggu sampai orang itu menghidupkan ponselnya. "

"Ck, lacak terus. "

Hana berdecak sebal. Seseorang yang menelpon bahwa ia menemukan mayat hilang begitu saja. Seharusnya ia menunggu sampai polisi datang untuk dijadikan saksi. Tapi, informan itu malah kabur. Ini jadi mencurigakan.

Di lain tempat, sesuai janji, Eshal duduk di salah satu cafe yang terletak di lantai 3 Mall GDA. Eshal tengah menunggu kedatangan Hamzah. Dia terus berpikir mengapa Hamzah tiba-tiba mengajak ketemuan. Tidak biasanya.

"Lo tau mayat yang masuk berita kemarin?"

"Maksud Lo?"

"Mayat yang di sungai itu kan?"

"Nah, iya, bener. "

Telinga Eshal tak sengaja mendengar percakapan beberapa remaja yang duduk di samping mejanya. Awalnya Eshal tak peduli, namun, karena hal yang diperbincangkan menyangkut dengan Eshal dan kejadian malam itu, ia jadi memasang telinga untuk mendengarnya.

"Mayat itu temennya tante gue, loh. "

"Ha? Serius? " Sahut yang lain.

Gadis itu mengangguk, "Beneran. Tante gue cerita tadi malam. Mbak itu udah lama banget pengen bunuh diri. Tapi, gak pernah berani. Bahkan temennya tante gue itu sering banget ngucap pengen mati. Tau-tau sehari setelahnya, udah mati aja. Serem!"

"Gue denger mayat-mayat lain yang masuk berita sebulan lalu juga. Mereka sempet frustasi sama hidup sampai-sampai pengen mati dan bunuh diri. Tau-tau udah dibunuh duluan. "

"Denger cerita kalian gue jadi perlu bersyukur dalam hidup gue. "

Sedang asyik-asyiknya mengorek informasi, seseorang menarik kursi dan duduk di hadapan Eshal.

"Assalamu'alaikum! Lama, ya?"

"Wa'alaikumussalam, gak. Sekitar 10 menit, doang. "

"Afwan, ya, telat. "

Eshal mengangguk. Menggenggam erat kain kerudung berwarna cream yang ia sembunyikan di bawah meja.

"Gak pesen?"

"Gak, deh. Gue lagi puasa. "

"Oh, Afwan. "

"Santai aja. "

Hamzah membuka buku menu. Memanggil pelayan lantas menyebutkan pesanannya.

"Ana ganggu pekerjaan anti, ya?"

"Gak. Gue masuk kerjanya jam 10. Masih ada setengah jam lagi. " Eshal melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya.

Hamzah mengangguk. Ia membuka tasnya, mencari sesuatu.

Keadaan hening, Eshal memutuskan untuk mengembalikan kerudung berwarna cream itu pada Hamzah. Namun, urung dilakukannya saat Hamzah bersuara lebih dulu.

"Ini buat anti. "

Hamzah menyodorkan sebuah kertas yang tampak elegan berwarna cream dengan pita berwana merah tua mengikat kertas tersebut.

REGRET✓Where stories live. Discover now