🥀15 - Akad🥀

43 8 4
                                    

Bismillah...
Happy reading!
And enjoy!
.
.
.
.
.
Maaf ya kalo ada typo:))



Sebuah gedung besar tempat berlangsungnya akad dihias semewah mungkin. Tamu yang hadir juga tidak main-main. Lebih kurang seribu orang.

Syam berkali-kali membasahi bibirnya. Ber-istighfar untuk menenangkan hatinya yang luar biasa gugup. Ini pertama kali untuknya.

Lelaki itu merapalkan kalimat bismillah. Tangannya mulai menjabat wali hakim Eshal. Ya, disini Eshal memakai wali hakim dikarenakan seluruh keluarganya tidak ada yang peduli dan cenderung membenci Eshal. Lagipula, keluarga Eshal juga tak memenuhi syarat untuk menjadi wali.

*(Wali hakim menjadi berlaku ketika semua urutan di atas sudah tidak bisa dipenuhi lagi karena sebab-sebab tertentu. Misalnya, tidak memenuhi syarat menjadi wali nikah. Bagaimanapun juga, tidak semua orang bisa menjadi wali dalam pernikahan, kecuali memenuhi syarat-syaratnya

Oleh sebab itu, Kantor Urusan Agama (KUA) pun biasanya menyarankan untuk mendahulukan wali nasab di atas, sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa wali hakim dari KUA.

Hal ini tertera dalam aturan pasal 23 ayat 1 dan 2 KHI: "Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau adlal atau enggan. Dalam hal wali adlal atau enggan, maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut." *)

Dengan sekali tarikan napas, Syam berhasil mengucap ijab Qabul dan terdengar kata 'sah' dari semua yang turut menyaksikan.

Disisi lain, dibalik sebuah ruangan, Eshal gelisah. Akad sudah selesai diucapkan dan kini yang terpikirkan olehnya adalah kabur dari sini secepat mungkin. Ia tidak peduli dengan acara ini karena sedari awal ia memang tidak menginginkannya.

Satu-satunya jalan hanya melompat dari balkon di ruangan itu. Beruntung tidak ada seorang pun di ruangan itu selain dirinya. Hana, Alice, Arum, dan neneknya sedang berada di lantai bawah, menyaksikan proses ijab Qabul. Dan inilah saatnya. Ia harus kabur. Sudah cukup semalam ia dibuat penasaran dengan rumah kumuh tempat ditemukannya foto Eshal itu. Kali ini ia harus mencari sendiri.

Eshal mengikat kain panjang yang didapatkannya di ruangan itu ke pembatas balkon. Dan sekarang tinggal melompat. Namun, gaun yang dikenakannya membuat pergerakannya jadi sulit.

"Mencoba kabur?"

Eshal menoleh ke belakang. Mendapati seorang lelaki yang tidak dikenalnya menatap datar ke arah dirinya.

"Siapa Lo?"

"Leo. "

Eshal berdecak, "Gue gak nanya nama Lo! Gue nanya siapa Lo yang berhak ngatur gue. "

"Seharusnya Lo tau gimana cara ngehargain orang. Jangan sesuka Lo aja. Ada hati yang perlu Lo jaga, " Leo pergi setelah mengucap kalimat itu.

Sementara Eshal bungkam. Setelah itu terdengar suara seseorang yang memanggilnya.

"Shal, ayo ke bawah! Orang-orang udah nunggu lo!"

Itu suara Hana.

Eshal tak punya pilihan. Rencana kaburnya gagal gara-gara lelaki yang bernama Leo itu.

Ia melangkah bersama Hana dan Alice yang menuntunnya berjalan. Bisa dilihatnya, Syam sudah menunggunya disana. Lelaki itu tersenyum. Lalu menyodorkan tangan kanannya kepada Eshal. Dan Eshal mengerti akan hal itu. Segera ia menyalami tangan Syam. Kemudian mendongak.

REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang