🥀9 - Start🥀

39 10 0
                                    

Bismillah
.
.
.

"Merelakan orang yang kita cintai bersanding dengan orang lain memang menyedihkan, dan itu manusiawi, tapi percayalah Allah akan memberikan hadiah yang terbaik untuk hambanya yang sabar dan ikhlas."

-TSADAFA-

Darr! Darr! Darr!

Tiga tembakan itu berhasil mengenai titik pusat papan lingkaran itu. Wanita berambut panjang itu menyeringai puas. Memberikan pistolnya kepada bawahannya.

"Waah, ini baru papan. Belum tubuh si brengsek itu. " ujarnya sambil memperhatikan kuku-kuku jarinya yang bercatkan warna merah muda.

"Owh, kurasa aku perlu mengganti cat kuku. Warna merah muda tidak cocok untuk memulai rencana ini." Wanita itu bergumam, "Mungkin warna merah? Ya, darah warnanya merah. Cocok sekali untuk misi membunuh si brengsek psycho itu. " wanita itu menoleh pada bawahannya, " benar 'kan?"

Bawahannya yang kebanyakan pria itu mengangguk pada majikannya.

"Siapkan mobil dan cari orang ini untukku!"

Wanita itu melemparkan sebuah foto yang langsung ditangkap oleh bawahannya.

"Nice catch!" Puji Monica.


🥀🥀🥀

"Eshal! Ada yang nyari Lo!"

Eshal yang sedang mengepel lantai restoran pun mengernyit. Siapa yang mencari dirinya?

Ia melirik jam tangan, "Suruh tunggu sebentar lagi. "

Rekan kerjanya itu mengangguk lalu melenggang pergi.

Eshal sudah diperbolehkan pulang setelah selesai mengepel lantai dan akan digantikan dengan pekerja shift malam.

Kini ia duduk di meja restoran sambil menatap datar Arum dihadapannya.

"Alhamdulillah, Shal, aku di terima di Al-Azhar. "

"Masya Allah. Selamat. Belajar yang rajin disana. "

Ck, ucapan Eshal gak ada yang lebih keren gitu? Berasa ngecopy kata emak-emak yang ngelepas anaknya ngerantau aja.

Arum tersenyum tipis. "Jazakillah, Shal. " Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu menyodorkannya pada temannya itu.

Eshal melirik sebentar.

Undangan itu lagi.

Apa mereka berniat memanas-manasi Eshal? Kemarin Hamzah sekarang Arum. Patah hati Eshal kemarin belum reda. Sekarang sudah datang lagi?

Walaupun begitu Eshal tetap menerima undangan itu dan menyimpannya di dalam tas.

"Thank's, ya. "

Arum mengangguk. Entah kenapa setiap kali Arum berbicara dengan Eshal bawaannya pasti canggung mulu. Soalnya Eshal itu jawabnya cuman apa adanya aja. Gak berusaha buat menanyakan balik atau membuat topik yang lebih seru.

"Shal. " Yang dipanggil menoleh.

"Anti, gak nanya apa alasan ana nikah muda?"

REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang