10✓

587 101 164
                                    

“Taehyung, gimana kuliah kita?” Jungkook menatap Taehyung dengan muka khawatirnya.

Setelah tragedi buruk yang menimpa Jimin, kedelapan namja tadi memutuskan agar Taehyung dan Jungkook membawa Jimin ke rumah sakit, sedangkan yang lain akan tetap berangkat kuliah.

Kenapa Taehyung dan Jungkook?

Alasannya, karena mereka lah yang hari ini jadwal kuliahnya tidak terlalu penting. Taehyung bisa memberi alasan bahwa kepalanya masih sakit, sedangkan Jungkook bisa saja mengatakan bahwa dia menemani Taehyung.

Hoseok tidak bisa ikut menemani Jimin karena hari ini harus menjalani remidi karena nilai ulangan harianya yang di bawah KKM, sedang lima anak yang lain masih terlalu kecil untuk merawat Jimin, apalagi kelimanya masih menyandang gelar mahasiswa baru, akan sangat tidak enak jika mereka harus sering bolos.

Saat ini, Taehyung dan Jungkook sedang duduk berdua di depan ruangan di mana Jimin dirawat.

“Diamlah, di kondisi seperti ini lo masih mikirin kuliah? Harusnya lo tuh lebih mikirin Jimin yang lagi berjuang hidup di dalam,” ketus Taehyung sembari terus merapal kan doa semoga Jimin bisa sembuh. Jujur saja, saat ini Jimin dalam kondisi kritis, suster sendiri yang bilang, makanya Taehyung sangat khawatir dan terus berdoa demi keselamatannya.

“Lo jangan nyalahin gue, ini semua bisa terjadi itu gara-gara lo!” cerca Jungkook.

“Maksud lo apaan sih ngomong kayak gitu?” ucap Taehyung sembari menatap kesal Jungkook.

“Cih, lo nggak usah pura-pura lupa. Gara-gara lo ngatain dia tadi, dia jadi marah dan ninggalin kita tanpa lihat jalan saking kesalnya, terus akhirnya dia ketabrak truk dari belakang. Jika saja lo tadi nggak ngatain dia yang aneh-aneh, hal ini nggak akan pernah terjadi dan kita semua bisa menjalani hari ini dengan normal seperti biasanya,” ujar Jungkook sembari balik menatap Taehyung dengan tajam.

“Ya kan gue tadi cuma bercanda.” Taehyung masih kukuh dengan pendiriannya bahwa ini semua bisa terjadi bukan karenanya, tapi karena memang sudah takdirnya.

“Bercanda lo nggak waras, anjir. Masa ada lelucon yang bawa-bawa fisik orang lain. Itu mah udah ngatain namanya, bukan bercanda lagi,” sulut Jungkook.

“Terus lo mau bilang kalau gue adalah penyebab Jimin bisa seperti ini, iya?” ujar Taehyung semakin kesal.

“Lah kan kenyataannya emang begitu,” Jungkook menyahut.

Plak!

Taehyung menampar Jungkook.

“Lo ngerti sama yang namanya takdir nggak, sih? Mungkin ini emang sudah jalan dari Tuhan kalau Jimin harus tertabrak truk. Emang apa untungnya sih lo ngatain gue yang aneh-aneh? Apa untungnya lo nyalahin gue di situasi saat ini? Yang udah terjadi biarlah berlalu, yang terpenting saat ini adalah keselamatan Jimin. Makanya saat ini lebih baik kita berdoa daripada berdebat,”  tegas Taehyung.

“Cih, bawa-bawa takdir. Emang kenyataannya ini tuh bisa terjadi karena ulah lo. Nggak usah ngelak, Kim Taehyung,” Jungkook berkata diiringi senyum miringnya.

“Terserah apa kata lo, malas gue debat sama anak yang keras kepala kayak lo,” cetus Taehyung pada Jungkook.

“Gue nggak keras kepala, gue cuma mengatakan yang sebenarnya.” Jungkook menatap Taehyung meremehkan.

“Terserah!” kesal Taehyung sembari menatap Jungkook dengan raut kesal yang berusaha ia pendam.

“Lo tahu nggak sih? Harusnya sekarang ini gue sudah ada di kelas dan merhatiin dosen dengan baik, lalu maju ke depan untuk menjawab soal dan mendapat tepuk tangan dari mahasiswa lain. Harusnya saat ini gue sudah mengangkat kepala gue dengan bangga sebagai mahasiswa tercerdas seangkatan. Tapi lo ngerusak semuanya dan berakhir dengan gue harus nungguin Jimin di sini sampai dia sadar.” Jungkook balik memandang Taehyung dengan raut kesal juga.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Where stories live. Discover now