Bad Past | Park Jimin

240 49 112
                                    

“Sekarang kalian bisa istirahat dulu!”

Jimin menghela nafas kasar. Dia benar-benar lelah. Hari ini kelas dance yang Jimin ikuti sangat tidak manusiawi dalam membimbing murid-muridnya. Lelaki imut dan beberapa temannya itu harus menari selama lima belas menit tanpa jeda sama sekali. Dan parahnya lagi, dance yang dibawakan adalah dance energic yang membutuhkan banyak tenaga.

Jimin menyenderkan punggungnya di salah satu sisi tembok dan mengambil air mineral yang berada di tas hitam yang ia letakkan di pojok ruangan. Setelah berhasil mengambil botol air mineral itu, Jimin langsung meneguknya hingga tersisa setengah dalam sekali minum.

Jimin meletakkan minumannya lagi setelah ia tutup rapat botolnya. Masih dengan posisi menyender, Jimin mengambil ponselnya. Ada pesan masuk dari ayahnya.

From : Ayah.

Ayah : Aku dengar seminggu lagi akan ada acara di tempat dance-mu dan pihaknya akan menyelenggarakan dance di tempat terbuka. Benar?

Lelaki bermarga Park itu memutar bola matanya malas. Pesan modelan semacam ini dari sang ayah adalah beban bagi dirinya.

PJM! : y

Ayah : Kau harus menjadi penari utama ya, sayang. Biar papa bangga denganmu!

Jimin langsung mematikan ponselnya. Ia sedikit menyesal karena telah membuka ponsel.

Bukan sekali dua kali tuan Park memperlakukan Jimin seenaknya. Dia selalu menuntut yang terbaik kepada Jimin dalam aspek mana pun, baik itu akademik maupun bukan. Menduduki peringkat dua saja papa Jimin akan langsung mencambuknya menggunakan ikat pinggang, apalagi jika dirinya tidak menjadi pemeran utama dalam suatu acara.

Tuan Park emang keras, terlahir dari keluarga bangsawan memang tak semenyenangkan yang kita kira. Jimin akui kalau segala sesuatu yang ia minta pasti akan langsung dituruti tanpa harus menunggu hari. Tapi sebaliknya, Jimin juga harus selalu menuruti apa pun ucapan ayahnya untuk selalu menjadi yang pertama. Tak ada penawaran bahkan ketika dirinya berada di posisi kedua.

Jimin duduk selonjoran dan menunduk. Ia sedikit membuka bajunya, melihat ada banyak bekas cambuk di pinggangnya yang ia dapat 3 hari yang lalu setelah penerimaan nilai raport. Dengan keadaannya yang mengenaskan seperti itu, Tuan Park saja masih meminta Jimin untuk menari dengan keras demi pemeran utama.

Ketika Jimin sedang termenung memikirkan kelakuan kasar ayahnya, tiba-tiba guru dance memanggil namanya. Jimin tersenyum kikuk, ternyata selama memikirkan ayahnya tadi, dia tidak mendengar gurunya yang meminta mereka untuk berkumpul.

Jimin bangkit dari duduknya dan dan berjalan ke tengah rungan, mendekati teman-temannya yang lain.

Duduk di sisi salah satu temannya, Jimin pun mulai fokus untuk mendengarkan gurunya yang hendak berbicara.

“Baiklah, setelah saya mengevaluasi kalian selama menari tadi, ibu sudah memutuskan siapa yang akan menjadi penari utama untuk acara yang akan dilangsungkan seminggu dari sekarang. Dia adalah Choi Yeonjun. Saya bisa melihat dengan jelas bahwa selama ia menari dalam kurun waktu 15 menit, dia terlihat sangat energic dan tampak nyaris tidak ngos-ngosan. Dia juga selalu tersenyum selama latihan. Itulah alasan kenapa ibu kali ini memilihnya. Dia pantas untuk mendapatkan kedudukan itu. Baik, Choi Yeonjun, apakah kau mau menjari penari utama untuk acara yang akan diselenggarakan nanti?” tanya sang guru kepada seorang laki-laki yang berada di ujung paling kanan itu.

“Iya, bu. Saya bersedia,” balas Yeonjun.

Semua yang berada di sana langsung bertepuk tangan sebagai ucapan selamat kepada Yeonjun, tak terkecuali Jimin yang kehilangan posisinya selama 5 tahun lebih berada di klub dance ini.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang