04✓

759 118 202
                                    

Kelas pertama sudah Jungkook lalui dengan baik. Hari ini ia tidak dapat kelas pagi, dia dapat kelas sekitar jam 9 pagi dan kini kelas itu sudah selesai.

Kebetulan, dia satu kelas dengan Taehyung. Alhasil, seusai menjalani pembelajaran, dua namja itu pun pergi ke kantin bersama untuk sekedar nongkrong, minum, dan ngobrol seadanya.

Setibanya di tempat tujuan, Taehyung dan Jungkook pun memilih salah satu meja dan menempatinya.

“Eh, Tae. Lo inget nggak saat semalam gue sama Soobin berdua di dapur? Gue denger dia ngomong-ngomong sendiri, masa,” lirih Jungkook.

“Apa anehnya? Gue juga sering ngomong-ngomong sendiri,” tutur Taehyung menatap Jungkook aneh.
Dia kan juga sering bicara sendiri, tapi kenapa Jungkook merasa aneh saat Soobin melakukan hal yang sama?

“Lo kan alien, tapi diㅡ”

“Hai, hyung!” beo Soobin tersenyum tipis pada Jungkook, di sampingnya ada Jimin dan Taehyun yang ikut memberikan sapaan.

“Kita bertiga gabung ya, hyung!” cetus Taehyun sembari duduk di kursi yang tersisa.

Dua namja yang bersamanya pun ikut duduk di kursi yang ada.

“Udah pada makan?” Soobin memandang teman-temannya satu per satu dengan raut tanya.

“Udah, lo kan liat sendiri tadi!” Taehyun menyahut sembari balik menatap Soobin dengan senyum yang menjengkelkan.

“Gue nggak tanya sama lo, ya!” geram Soobin yang memilih untuk mengalihkan arah pandangannya hingga tak memandang Taehyun lagi.

“Cih, ngambek. Bilangnya nggak tanya sama gue, tapi gue tadi juga ditatap,” papar Taehyun sembari tersenyum miring.

“Tadi nggak sengaja ketatap,” sentak Soobin masih dengan muka cemberutnya.

“Mana bisa kayak gitu? Nggak mungkin lah lo nggak sengaja natap gue, orang tadi udah jelas banget kok kalau lo emang sengaja mandang gue juga.” Taehyun masih kukuh dengan pendiriannya.

“Astaga, debat aja terus sampai bumi ini berubah bentuk jadi kotak,” ujar Jimin.

“Mau kita bertengkar sampai bunuh-bunuhan pun, bumi gak bakal berubah jadi kotak, tahu!” gertak Taehyun.

“Itu kan cuma perumpamaan doang, elah,” keluh Jimin menghembuskan nafasnya lelah.

“Artinya apaan?” Taehyun memandang Jimin dengan raut tanya.

“Ya maksudnya tuh jangan bertengkar terus!” Jimin menyahut sedikit ngegas.

“Gak penting banget, anjir,” Jungkook menyeletuk jengah mendengar perdebatan yang tidak ada manfaatnya itu.

“Penting dong, itu kan termasuk materi tentang pesan tersirat dalam sebuah ucapan. Keknya itu dipelajari deh di bidang sastra,” Taehyun menyahut cepat.

“Iya deh, terserah. Taehyun doang emang yang selalu bener,” pungkas Jungkook memilih untuk mengakhiri pembicaraannya dengan Taehyun yang tidak akan pernah ada habisnya.

“Bener tuh, padahal baru kemarin gue kenal Taehyun, tapi tuh bocah udah bikin gue emosi mulu gegara omongan dia. Semalam aja saat kita berdua bersama Seokjin hyung, Namjoon hyung, sama Beomgyu lagi makan di salah satu kafe, gue sempat debat sama dia cuma gara-gara nasi panas sama nasi dingin,” Jimin berujar dengan sedikit kesal, dia jadi teringat bagaimana kejadian semalam saat dia dan empat anak lain harus rela dipandang banyak orang cuma gara-gara perdebatannya sama Taehyun terkait nasi panas dan dingin.

“Tapi emang kenyataannya lebih sehat nasi dingin daripada nasi panas,” tegas Taehyun.

“Bodoamat, yang penting nasi panas lebih enak dimakan daripada nasi yang udah dingin,” cecar Jimin menjadi semakin kesal lagi.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Where stories live. Discover now