03✓

919 137 376
                                    

Malam ini, hampir semua penghuni apartemen Bang Sihyuk tengah berkumpul di apartemen geng Bangtan, yang isinya 7 orang. Tapi, tidak semuanya ikut berkumpul karena ada beberapa yang sedang keluar.

Semua ini gara-gara Beomgyu dan Taehyun. Ceritanya, dua sobat yang sudah lama tak bertemu itu sedang ingin berdua ke mana-mana, lagi pingin kangen-kangenan. Tapi masalahnya, keduanya belum tahu daerah-daerah sini. Oleh karena itu, dia meminta tiga anak Bangtan untuk menemaninya. Tiga orang itu adalah Seokjin, Namjoon, dan Jimin. Tiga orang itu bertugas untuk mengawal dua namja yang masih kek bocah itu supaya nggak hilang.

“Hyung, gue lapar,” beo Soobin.

What? Lapar, hyung? Perasaan lima menit yang lalu kita berdua habis makan cilok sebungkus, deh. Masa udah lapar lagi sih, hyung?” sindir Hueningkai.

“Lo tahu gue kan, Ning? Gue kan anaknya doyan banget sama makanan, makanya gue udah laper lagi sekarang.” Soobin menatap Hueningkai dengan sedikit kekehan.

“Makanya tuh badan gede banget kek karung goni,” tukas Yoongi.

“Ih, hyung. Itu termasuk tindak pembullyan, lho. Ntar gue laporin polisi baru tau rasa,” desis Soobin beralih menatap Yoongi dengan muka sedikit kesal.

“Gak usah baperan lah, Bin. Mulutnya Yoongi hyung tuh emang begitu.” Jungkook mengelus surai Soobin supaya dia mau meredam emosinya.

Sepertinya Soobin ini orang yang sensian.

“Iya, Bin. Mulutnya Yoongi hyung tuh kalau ngomong suka ceplas-ceplos gitu, gak difilter dulu. Mukanya doang aja yang imut, mulutnya mah udah kek sambalado.” Taehyung ikut menenangkan Soobin dengan mengelus bahu namja itu.

“Udah ya, Bin. Jangan marah, lah. Gak seru tahu kalau kita gak saling menistakan. Tapi meskipun kami sering ngomong kasar, kita semua saling menyayangi, kok. Yoongi hyung aja diem-diem peduli banget sama gue. Masa pas malam tahun baru tiga hari lalu tuh dia gak ikut balik ke rumahnya dan milih nemenin gue di sini. Katanya biar gue gak kesepian karena sendirian.” Hoseok jadi tersenyum sendiri mengingat kejadian tiga hari lalu. Dia benar-benar bisa merasakan kepedulian Yoongi terhadapnya.

Yoongi memang seperti itu, dia namja yang sangat peduli, sebenernya. Tapi semua itu tertutup dengan mulut cabenya.

“Hyung, gue nggak ada kesel kok sama Yoongi hyung, tadi tuh cuma gaya-gayaan doang. Lagian juga gue tuh punya temen yang mulutnya sama-sama cabai kek Yoongi hyung, si Taehyun itu lho. Dia itu kalau ngomong juga suka ngeselin,” Soobin terkekeh ringan. Padahal tadi dia hanya bercanda, tapi teman-temannya malah pada menegurnya dan mengira ia marah beneran.

“Lagian salah hyung juga, sih. Kenapa bercandanya kek beneran, coba? Tadi tuh gue kira lo beneran ngambek tau, hyung. Ah, Soobin hyung cocok deh jadi aktor, mana cakep juga. Udah, jadi aktor aja lah, hyung.” Hueningkai menatap Soobin diiringi kekehannya yang manis.

“Bener juga, sih. Gue emang cakep,” Soobin ikut tertawa menanggapi ucapan Hueningkai.

“Tapi, Bin. Lo sama gue tuh masih cakepan gue.” Jungkook menatap Soobin dengan muka yang menyombongkan wajahnya.

“Tapi Jungkook, hyung. Blasteran tuh keren, lho,” kata Hueningkai sembari menatap Jungkook dengan sedikit mengangkat dagunya karena ingin menyombongkan rupa juga.

“Iyain aja, deh. Yang blasteran mah beda,” rayu Soobin pada Hueningkai.

“Mentang-mentang blasteran aja belagu.” Yoongi tersenyum kecut.

“Iri? Bilang bos,” sorak Taehyung.

“Lo kenapa sih, bangsat? Tapi lanjutin  aja lah, ya. AHAY, PAPALE PALE PAPALE PALE PALE PALE~,” Hoseok melanjutkan lirik yang Taehyung ucapkan.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Where stories live. Discover now