Akhir dari segalanya

9.7K 507 80
                                    

Dokter Arya berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ke sebuah kamar rawat, taukah hatinya sedang gelisah terlihat dari raut wajahnya, entah sepertinya ia sedang meruntuki sesuatu

"Kalau tau itu yang dia minta aku takkan pernah berkata iya Alviano memang kau anak yang susah sekali saya tebak" gumannya sambil meruntuki dirinya sendiri.

Ceklek, suara pintu terbuka membuat seisi ruangan sontak menoleh ke sumber suara.

"Saya membawa kabar gembira, Vano mendapatkan dua ginjal dari seorang pendonor" Ucap dokter Arya namun raut mukanya begitu gelisah, bagaimana tidak anak nakal itu memintanya untuk melakukan operasi pendonoran ginjal, bukan satu tapi kedua ginjalnya, yah sudah gila, terus dia mau mati hah, ahh dokter arya sungguh prustasi dengan semua ini, jika bukan janji ia tidak akan pernah mau melakukannya, bolehkah ia melanggar sebuah janji kali ini?.

Ketika mendengar penuturan dari dokter Arya raut wajah Adrian dan Airin begitu bagaimana tidak sang pendonor tak hanya memberikan satu ginjalnya tapi kedua ginjalnya.

"Vano sayang kamu akan sembuh sebentar lagi" Ucap Airin sambil mengusap puncak kepala Vano yang masih setia memejamkan mata.

"Kalau boleh tau siapa yang sudah berbaik hati mendonorkan kedua ginjalnya dok?" tanya Adrian pada dokter Arya, ingin rasanya dokter Arya berteriak mencaci maki orang tua Vian ini, dan mengatakan kalau anak yang selama ini mereka campakkan yang selama ini mereka selalu gores dengan sejuta luka di hati dan fisiknya.

"Untuk itu pendonor tidak ingin memberitahu, tapi cepat atau lambat kalian akan tau siapa pendonornya" Ucap dokter Arya menahan sesak di dadanya, kini ia harus merelakan vian.

"Maksud dokter?" tanya Airin, kenapa perasaannya begitu tidak enak, seakan akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, ah ia rindu vian.

"Saya pamit malam ini akan kami lakukan operasi ginjal vano" Ucapnya langsung berjalan keluar kamar rawat vano, hati nya begitu sesak, apa yang harus ia lakukan, ah begitu frustasi ia memikirkan semua ini.

******

Malam sudah menampakkan dirinya, kini sudah saatnya vian melepas semua rasa sakit, melepas semua beban yang ia tanggung, melepas keluarga tentunya, ia berterima kasih kepada tuhan memberi kesempatan berharga untuk vian tetap hidup walau tak seindah hidup saudaranya.

Ceklek

Terlihat dokter Arya berjalan melangkah menuju ranjang milik vian, ia menatap vian lekat namun tetap saja matanya mengisyaratkan ia tak rela melepaskan anak sebaik dia.

"Vian" ujarnya lirih

"Vian gapapa dok, terimakasih sudah mau mengabulkan permintaan terakhir vian, dan maaf sudah merepotkan dokter" vian merasa sesak di dadanya, sudah saatnya ia pergi, sudah saatnya.

"Baiklah mari ke ruang operasi, saya bantu kamu berdiri, kamu anak yang baik, saya tidak akan pernah melupakan sosok sepertimu" ucapnya lirih sambil membantu vian berdiri dan berjalan menuju ruang operasi.

Dokter Arya membaringkan Vian di ranjang ruang operasi dan di samping sudah ada vano yang masih setia menutup matanya, ah vian sangat ingin memeluk vano.

"Dokter vian mau meluk kak vano" ucap vian dengan nada yg begitu lirih.

Dokter Arya mengiyakan vian, dan vian langsung berdiri dan berjalan ke arah vano, ia lantas memeluk tubuh sang kakak, menangisi semuanya, ia harus rela harus.

"Terima kasih kak sudah menjadi kakak terbaik vian, vian janji akan selalu bersama kakak sampai kapanpun selamat tinggal" ucapnya sambil memeluk tubuh sang kakak.

ALVIANO [PROSES REVISI]Where stories live. Discover now